SOLOPOS.COM - Siswa SD melakukan pembelajaran rambu-rambu jalan lalu lintas dipandu oleh Polwan Polresta di kawasan Titik Nol Kilometer Jl. Marga Mulya, Minggu (26/1/2014). Polisi melakukan sosialisasi Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu lintas serta Pemkot Kota Jogja dan Dinas Perhubungan Kota Jogja mulai memberlakukan jalan kawasan Ngejaman sampai perempatan Titik Nol bebas kendaraan bermotor atau car free day (CFD) dari pukul 06.00 WIB sampai 10.00 WIB. (JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

Car free day di Ngejaman hingga Titik Nol Kilometer berjalan sukses. Sejumlah kegiatan dan atraksi ditampilkan dalam acara tersebut. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, David Kurniawan.

Tak seperti biasanya, yang diselimuti hiruk pikuk lalu  lalang kendaraan, maka Minggu (26/1) pagi ratusan orang berkumpul dan memenuhi pengalan Ngejaman hingga Titik Nol Kilometer Jogja. Ya, ratusan orang tersebut memenuhi area depan Beteng Vredenburg untuk mengikuit acara Car free day (CFD) yang pertama kali diadakan secara resmi oleh Pemkot Jogja.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dentuman musik dangdut menjadi pengiring acara senam pagi, sebagai tanda dimulainya acara CFD yang digelar bersamaan dengan Deklarasi Keselamatan Berlalulintas. Ratusan orang asik mengikuti gerakan dua instruktur senam. Tak hanya itu, sebagai sosialiasasi awal kampanye keselamatan berlalulintas, sejumlah polisi ikut dalam senam lengkap dengan atribut peringatan keselamatan.

Kontan saja, langkah tersebut tergolong mujarab, karena sebagian masyarakat melihat dan mengawasi setiap gerak gerik anggota polisi itu. Tak hanya senam, acara CFD kali ini juga menampilkan kesenian wayang modern, campur sari, dangdut serta kesenian bela diri asli Indonesia, yakni
pencak silat yang tergabung dalam Paguyuban Angkringan Silat (PAS) Yogyakarta. “Acara hari ini [kemarin] sebagai langkah awal dan uji coba pelaksanaan kawasan pedestrian kawasan Malioboro,” kata Walikota Jogja Haryadi Suyuti ketika ditemui di sela-sela acara.

Baginya, ini merupakan tonggak sejarah baru, karena ini sebagai langkah awal untuk melihat tatanan kawasan Malioboro yang lebih tertib, aman dan nyaman bagi pengunjung, khususnya pejalan kaki dan pengguna sepeda.
Tak bisa dipungkiri, jika selama ini lalu lintas di Malioboro terlihat semrawut dan terlihat kurang rapi.
“Harus bertahap dan tidak bisa dilakukan secara serentak. Untuk program awal, kami menetapkan lokasi ini [Ngejaman-Titik Nol Kilometer] sebagai uji coba,” katanya.

Dia menjelaskan, awalnya intensitas waktu pelaksanaan CFD dilaksanakan setiap seminggu sekali, tapi lambat laun intensitasnya akan terus ditingkatkan mulai dari waktu, kemudian hari dan nantinya di akhir tahun diharapkan kawasan Ngejaman hingga Titik Nol sudah menjadi kawasan pedestrian. “Saya penginnya begitu, jadi masyarakat bisa bebas melakukan apapun tapi sesuai dengan norma yang berlaku, seperti mau senam, lari atau olah raga lainnya silakan dan tidak ada yang melarangnya,” ujar dia.
“Kami secara bertahap, juga akan melengkapi dan memperbaiki fasilitas yang ada, sehingga nantinya masyarakat lebih merasa nyaman, bersih
dan sehat lagi,” imbuhnya.

Meski acara CFD ini bukan yang pertama kali (Pemkot telah 2 kali menggelar acara serupa sejak 12 Januari lalu), antusias warga tetap terlihat. Panasnya sinar mentari pagi juga tak menghilangkan niatan warga untuk mengikuti purna acara hingga pukul 09.00 WIB.
Tri Harjono, salah seorang pengunjung mengaku puas dan merasa bebas ketika melakukan aktivitas di pagi itu. Dia berharap, agar acara-acara seperti ini terus ditingkatkan, baik dari durasi waktunya, maupun pelaksanaannya.
“Sangat bagus dan menyenangkan. Apalagi kalau waktunya
ditambah lagi, pasti masyarakat yang datang akan bertambah lagi,” katanya.

Hanya, dia berharap, atraksi atau setiap kegiatan yang ditampilkan lebih pada aktraksi budaya nasional, terutama budaya lokal di Jogja. Karena, ini sebagai bentuk cinta budaya yang ada, karena kondisinya saat ini mulai terdesak oleh budaya luar. “Ini sebagai bentuk eksistensi budaya kita, jadi yang ditampilkan harusnya budaya kita juga,” ujarnya.
Hal yang sama juga diungkapkan Luki, ibu satu anak ini rela datang pagi-pagi dari Jalan Imogiri untuk turut serta memeriahkan CFD di Kota Jogja. Dia berharap acara seperti ini lebih ditingkatkan lagi, mengingat di hari biasa di kawasan Malioboro sudah terlihat sumpek, penuh sesak dengan aktivitas manusia lengkap dengan kesemrawutan lalu lintasnya.
“Sangat meriah, di sini bisa melihat berbagai ekspresi masyarakat. Pemerintah harusnya sadar dan mulai meningkatkan lagi pelaksanaanya,” ungkapnya.

Dia juga meminta, untuk lebih menyemarakan CFD sosialisasinya perlu ditingkatkan lagi. Kondisi ini terlihat, bagaimana antusiasme warga mengikuti acara demi acara yang disuguhkan. Dari sisi, atraksi juga sudah bervariasi mulai dari yang tradisional hingga modern semua tersedia.
“Ya kalau pengumumannya diperluas, maka masyarakat yang datang juga semakin banyak dan lebih meriah lagi,” katanya.

Malahan, acara yang berlangsung sekitar tiga jam itu tak hanya menarik minat warga lokal, karena turis mancanegara juga terlihat ikut berbaur. Apalagi saat, melihat atraksi seni beladiri dari salah satu kelompok silat di Kota Jogja, mereka begitu antusias menikmati setiap peragaan
demi peragaan. Terlebih lagi saat beberapa orang pesilat memperlihatkan aksi serangan kepada salah seorang pesilat sebagai peraga. Kontan saja, turis asing itu merasa kaget dan hanya terlihat tersenyum puas melihat adegan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya