SOLOPOS.COM - Car Free Day (CFD) Solo (Dok/JIBI/Solopos)

Car free day atau hari bebas kendaraan di Solo diperkirakan akan semakin ramai dikunjungi warga.

Solopos.com, SOLO — Arena car free day (CFD) Jl. Slamet Riyadi Solo setiap hari Minggu diprediksi akan penuh sesak pada tahun 2017.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Bertambahnya pengunjung dari Solo dan wilayah penyangga membuat jalur CFD terpanjang di Indonesia itu terancam menjadi lautan manusia.

Sekitar 20.000 hingga 30.000 orang kini mengunjungi CFD tiap penyelenggaraannya. Jumlah itu belum ditambah 500-an pedagang yang memadati sisi Jl. Slamet Riyadi saat CFD.

Kondisi ini mulai membuat CFD terkesan semrawut hingga mengurangi kenyamanan pengunjung.

“Minimal pasti ada 20.000 orang yang beraktivitas di CFD kecuali saat puasa,” ujar Yosca Herman Soedrajad, Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Solo saat ditemui di CFD kawasan Sriwedari, Minggu (21/6/2015).

Herman, sapaan akrabnya, mengatakan pengunjung CFD terus bertumbuh sejak area bebas polusi itu diresmikan 2010. Tak hanya warga Solo, Herman menyebut kini pengunjung CFD berasal dari Soloraya seperti Karanganyar dan Sukoharjo.

Hal itu, menurutnya, tak lepas dari atmosfer CFD Jl. Slamet Riyadi yang sudah terbentuk.

“Bukannya kami besar kepala, tapi dari CFD yang pernah saya jumpai di kota lain, Solo terhitung paling hidup. CFD Jl. Slamet Riyadi juga merupakan jalur bebas polusi terpanjang di Indonesia yakni 3,8 kilometer,” kata dia.

Namun demikian ia mengakui kelebihan tersebut dapat menjadi bumerang. Herman memprediksi dua tahun ke depan CFD akan penuh sesak oleh pengunjung.

Dia mulai berpikir keras untuk menata luberan warga yang ingin beraktivitas di CFD tiap akhir pekan. Upaya penataannya melalui pembagian jalur pejalan kaki, jalur sepeda dan jalur kegiatan masyarakat beberapa waktu lalu terbukti gagal.

“Ternyata pendekatan saklek tak bisa diterapkan di ruang publik cair seperti CFD. Sementara ya kami biarkan seperti ini,’ tuturnya.

Herman mengaku masih mencari opsi pengendalian yang tidak menafikan CFD sebagai ruang santai dan berinteraksi warga. “Kami berhati-hati. Kalau kebanyakan diatur bisa-bisa pengunjung lari.”

Seorang pengunjung CFD, Galih Sartini, 29, mendorong Pemkot memaksimalkan kawasan yang masih lengang seperti segmen Gendengan-Purwosari. Sejauh ini konsentrasi warga menumpuk di kawasan Sriwedari-Gladak.

“Event-event sebisa mungkin diarahkan ke sana agar merata. Pemkot harus tegas,” ucapnya.

Pengunjung lain, Choirul Anwar, 50, menilai beragamnya kuliner ikut berkontribusi meningkatkan jumlah pengunjung CFD. Tak sedikit warga yang hanya icip-icip makanan saat menyambangi CFD.

“Harga di sini juga murah. Bandingkan dengan CFD di Jogja yang sekali makan minimal Rp20.000,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya