SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani tebu rakyat. (JIBI/Solopos/Antara/Destyan Sujarwoko)

Solopos.com, SURABAYA — Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian mencatatkan Jawa Timur sebagai provinsi dengan produksi gula dan tebu tertinggi nasional tahun 2022. Produksi gula di Jawa Timur mencapai 49,55% dari total produksi gula nasional.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan berdasarkan data Kementan, produksi gula di Jatim sebanyak 1,19 juta ton dari total produksi gula nasional sebanyak 2,4 juta ton. Sedangkan produksi tebu di Jatim mencapai 47,65% atau sekitar 17,36 juta ton dari total produksi tebu nasional.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Peningkatan produksi ini diharapkan dapat menjadi modal bagi Indonesia mewujudkan swasembada gula dan Jatim sebagai barometer gula nasional,” kata Khofifah, Selasa (13/12/2022).

Dia berharap agar petani tebu memanfaatkan transformasi digital dalam proses pengolahan tebu hingga menjadi gula. Dengan menggunakan sistem digital, tentunya kualitas juga akan ikut meningkat karena leih produktif dan efisien.

“Melalui sistem digital dapat termonitor mulai dari mencari bibit yang baik, lalu proses panen termasuk transparansi kadar redemen gula,” jelas dia yang dilansir dari siaran resmi.

Baca Juga: Wali Kota Blitar Ungkap Kronologi Perampokan & Penyekapan di Rumah Dinasnya

Khofifah juga mengingatkan petani supaya terus merawat komunikasi dan koordinasi dengan beberapa instansi yang memiliki pusat penelitian dalam hal untuk menghasilkan kualitas bibit tebu agar menghasilkan kadar rendemen yang baik.

“95% petani tebu di Jatim adalah petani rakyat. Petani rakyat  bisa menjadi pengusaha di bidang bahan baku pergulaan. Untuk itu koordinasi dan sinkronisasi baik dari para petani tebu rakyat, APTRI, pabrik gula maupun PTPN ini harus terkonsolidasi dengan baik,” ujarnya.

Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur, Heru Suseno, menyampaikan setiap tahun terjadi peningkatan produksi tebu di Jatim. Pada 2020, sebanyak 13,8 juta ton dengan rendemen sebanyak 7,15, kemudian 2021 sebanyak 14,7 juta ton atau dengan rendemen sebanyak 7,35.

“Peningkatan produksi gula ini dihasilkan dari inovasi program Timbangan Tebu. Inovasi ini mensinergikan masing-masing peran dari setiap pemangku kebijakan,” jelas Heru.

Baca Juga: Lindungi Kesenian Reog, Ponorogo Ditetapkan Jadi Kota Budaya & Kota Kreatif

Inovasi Timbangan Tebu itu, kata dia, diimplementasikan melalui kegiatan yang dilakukan berupa pemberian bantuan seperti Bongkar Ratoon, Rawat Ratoon, perluasan area tebu, dan kebun keragaman pengembangan warung tebu.

“Di mana program ini juga  mendorong terbentuknya pendekatan klasterisasi Pabrik Gula [PG] menjadi enam klaster antara lain Klaster Madiun, Klaster Mojokerto, Klaster Malang, Klaster Kediri, Klaster Probolinggo, dan Klaster Situbondo,” jelas dia.

Melalui pendekatan klasterisasi PG, Heru menambahkan, diharapkan lalu lintas pengiriman tebu dapat lebih efektif dan efisien sehingga tidak mengurangi potensi rendemen akibat waktu perjalanan yang terlalu lama dan tebu sesuai dengan kategori Manis, Bersih dan Segar (MBS).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya