SOLOPOS.COM - Kawasan Candi Baru di era 1920an (Sumber:Wikipedia)

Solopos.com, SEMARANG — Kawasan Candi Baru (Tjandi Baroe)  di Kota Semarang, Jawa Tengah, merupakan salah satu peninggalan masa kolonial Belanda. Kawasan memiliki deretan rumah mewah nan megah dengan arsitektur gaya Eropa. Salah satunya adalah Puri Gedeh yang sekarang menjadi Cagar Budaya dan Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah.

Kawasan Candi Baru dibangun oleh seorang arsitek asal Belanda bernama Ir. Herman Thomas Karsten pada awal abad ke-20 atau sekitar tahun 1920-an. Dilansir dari hasil penelitian dari laman researchgate.net, Selasa (8/2/2022), kawasan Candi Baru  dibangun oleh Karsten dengan konsep dan gagasannya yang berbeda dengan sistem tata kota dengan pengelompokan masyarakat berdasarkan kelompok ras yang diberlakukan pemerintah Hindia Belanda saat itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut Karsten, daerah perkotaan terbentuk dari beragam kelompok berbeda yang masing-masing memiliki konflik kepentingan. Dalam kasus ini, konsep dan gagasannya sama dengan konsep pengelompokan masyarakat rancangan konsentris radial yang juga dikemukakan oleh seorang arsitektur bernama Ebenezer Howard saat merancang sebuah konsep taman kota.

Puri Gedeh Semarang (Instagram/@semarang.herritage)

Baca juga: Sejarah Puri Gedeh Semarang, Bangunan Elite Peninggalan Belanda

Ekspedisi Mudik 2024

Oleh karena itu, konsep yang dituangkan Karsten lebih kepada pengelompokan masyarakat berdasarkan strata ekonominya. Candi Baru adalah salah satu kawasan yang dirancang Karsten untuk masyarakat kelas ekonomi menengah ke-atas.

Dalam perencanaan pembangunan kawasan Candi Baru Semarang pada 1920, ada tiga elemen yang menjadi pertimbangan Karsten. Mulai dari perincian sistem jalan, taman kota, daya tarik dan vegetasi. Selain itu, Karsten juga memerinci pembangunan drainase, tempat pembuangan limbah, jarak dengan bandara, pelabuhan dan masih banyak lagi.

Lalu ada tata kota, yang mencakup pada karakter bangunan dan juga pemandangan yang menjadi nilai estetis. Kemudian yang terakhir ada perencanaan kota keseluruhan. Di mana pertimbangan ini menggabungkan semua elemen hingga membentuk satu kesatuan dan juga menunjukan adanya indikasi kemajuan masa depan dan perkembangan kota.

Baca juga: Tumpang Koyor Salatiga, Eksis Sejak Zaman Mataram

Dalam perkembangannya, kawasan Candi Baru  menjadi jujukan para ekspatriat Belanda dan Eropa yang pada masa kolonialisme bermukim di Semarang. Hingga sekarang, kawasan ini masih dikenal dengan kawasan elite Semarang karena bangunan-bangunan megah dengan arsitektur Eropa yang masih ketara berdiri di kawasan tersebut.

Sebagai seorang arsitek ternama, Karsten juga menjabat sebagai penasehat perencanaan pembangunan kota pada periode 1920-1930 di masa kolonial Belanda. Dengan jabatannya yang dipegang selama sembilan tahun, Karsten berkontribusi penuh pada sembilan bangunan pemerintahan dari total keseluruhan yang berjumlah 19 bangunan dari seluruh Hindia Belanda saat itu.

Baca juga: Inilah Lokasi Tanjakan Luna Maya di Semarang

Kesembilan bangunan itu di antaranya tiga ada di Sumatra, satu ada di Kalimantan dan sebagian besar  ada di Jawa yang meliputi, Semarang, Bandung, Batavia/Jakarta, Magelang, Malang, Bogor, Madiun, Cirebon, Jatinegara, Yogyakarta dan Surakarta.

Konsep arsitekturnya ini juga dikenal dengan sebutan Indsiche Stadebow yang direalisasikan pada 1920. Konsep ini mengusung unsur-unsur fisik yang harus ada dalam sistem perkotaan, yaitu perumahan, bangunan semi publik dan publik, jalan, titik-titik pemandangan kota yang menarik, taman kota dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya