SOLOPOS.COM - Camat Kedawung, Nugroho Dwi Wibowo, menunjukkan produk kerajinan tangan berbahan mote bikinan Sulami, wanita berjuluk Si Manusia Kayu asal Selorejo Wetan, Mojokerto, Kedawung, Sragen, pekan lalu. (Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN — Camat Kedawung, Nugroho Dwi Wibowo, turut mempromosikan kerajinan tangan bikinan Sulami, 40, wanita berjuluk manusia kayu asal Dukuh Selorejo Wetan, Desa Mojokerto, Kedawung, Sragen.

Kerajinan tangan seperti gantungan kunci, dompet dan tas dari bahan dasar mote dibikin sendiri oleh Sulami, penderita penyakit yang cukup langka yakni bamboo spine atau tulang belakang bambu. Dibantu adiknya, Susilowati, 26, Sulami biasa menawarkan aneka kerajinan tangan itu kepada teman dan keluarganya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kebetulan saya turut bantu endorse jualkan produk kerajinan tangannya. Saya tawarkan kepada teman-teman. Harganya mulai Rp70.000 hingga Rp100.000 untuk tas mote model bunga-bunga,” ujar Bowo, sapaan akrab Camat Kedawung, kepada Solopos.com, Rabu (18/8/2021).

Baca Juga: Tol Pemalang–Batang Bantu Angkat Perekonomian UMKM

Bowo mengaku heran dengan produk kerajinan tangan mote dari Sulami. Meski mengalami keterbatasan fisik, Sulami mampu membuat kerajinan tangan yang sangat rapi. Satu produk tas mote bisa dibikin Sulami dalam waktu 3-4 hari.

Pekan lalu, Bowo menjenguk Sulami si manusia kayu di rumahnya di Solorejo Wetan, Sragen. Saat itu, kondisi kesehatan Sulami menurun setelah menjalani kontrol di rumah sakit. Penurunan kondisi kesehatan itu, kata Bowo, biasa terjadi setelah Sulami dibawa ke rumah sakit untuk kontrol kesehatan.

“Kondisinya agak lemas karena habis kontrol biasanya drop. Tapi di tengah sakitnya, ia tetap produktif membuat tas dari mote,” papar Bowo.

Untuk sementara, Bowo membantu memasarkan produk kerajinan tangan bikinan Sulami itu kepada koleganya. Ia berharap, Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Kecamatan Jenar bisa memfasilitasi penjualan produk kerajinan tangan dari masyarakat seperti Sulami.

“Harapannya bisa laris kerajinan tangan itu biar bisa untuk beli pempers dia dan menyambung hidupnya,” jelasnya.

Penyakit bamboo spine yang dikenal dengan istilah medis Ankylosing Spondylitis ini diderita Sulami karena faktor genetik. Penyakit bamboo spine telah membuat tulang-tulang belakang Sulami menyatu. Penyakit itu juga sudah menjalar ke tulang tangan dan kaki. Hal itu membuat anggota tubuh Sulami menjadi kaku layaknya kayu. Itu sebabnya, Sulami mendapat julukan manusia kayu oleh warga sekitar.

Baca Juga: Meresahkan! Manusia Silver di Telukan Sukoharjo Diangkut Satpol PP

Pempers khusus orang dewasa dan tisu basah saat ini menjadi barang yang paling berharga bagi Sulami. Sulami tercatat sebagai penerima bantuan program keluarga harapan (PKH). Segala kebutuhan Sulami saat ini banyak bergantung kepada Susilowati, adik kandungnya.

Untuk menambah penghasilan, Susilowati biasa bekerja dengan berjualan cabai dan terong sementara Sulami bekerja membuat kerajinan tangan seperti gantungan kunci, dompet dan tas dari bahan dasar mote. Aneka kerajinan tangan itu biasa dibuat Sulami sambil tiduran di ranjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya