SOLOPOS.COM - Warga Pongangan Sentolo melakukan Salat Jenazah untuk Almarhum Tukiman, Jumat (9/5/2014). (Switzy Sabandar/JIBI/Harian Jogja)

Niat Tukiman berkunjung ke Tanah Suci berakhir. Warga Desa Pongangan, Sentolo itu menghadap Ilahi setelah mengikuti tes kebugaran di Alun-alun wates sebagai prasyarat para calon haji sebelum berangkat. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Switzy Sabandar.

Jumat (9/5/2014) masih pagi, matahari belum terlalu tinggi. Tak pernah dibayangkan Semi, keceriaan dan antusiasme suaminya, Tukiman, menyongsong panggilan ibadah ke tanah suci berubah dalam sekejap. Beberapa jam lalu ia masih menikmati pembicaraan dengan laki-laki yang telah memberinya dua anak tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Keduanya berangkat bersama dengan empat orang lainnya untuk mengikuti tes kebugaran calon jamaah haji yang diselenggarakan Kantor Kementerian Agama dan Dinas Kesehatan Kulonprogo di Alun-alun Wates. Perempuan berusia 57 tahun itu tidak menyangka, pagi itu menjadi pagi terakhir dalam kebersamaan mereka.

Wajah kediaman Ketua RT 10 RW 5 Pedukuhan Pongangan, Desa Sentolo, Kecamatan Sentolo  itu muram, saat pemiliknya turun dari mobil ambulans. Laki-laki berusia 64 tahun itu memasuki rumahnya dalam keadaan terbujur kaku.

Nafasnya habis. Tak ada detak jantung di tiap nadinya. Beberapa pemuda tampak mendekat dan membantu mengangkatnya masuk ke sebuah ruangan dengan sigap. Sementara, Semi melangkah dengan lunglai, sesekali mengusap air mata yang mengalir teratur membasahi pipinya.

Pemilik nama lengkap Semi Rahayu ini mengaku tidak merasakan firasat apapun tentang kematian laki-laki yang sudah bersamanya sejak puluhan tahun lalu.

“Semua biasa saja, kemarin bapak [Tukiman] juga masih sempat pergi kondangan ke Solo bersama saya,” ungkapnya terbata-bata seusai mengikuti salat jenazah.

Tukiman meninggal dunia setelah menjalani tes kebugaran. Perempuan berkerudung ini tidak menampik jika dalam pemeriksaan di puskesmas beberapa waktu lalu sempat muncul indikasi penyakit jantung karena sang suami kerap merasakan nyeri di dada setelah beraktivitas keras.

Dalam kesehariannya, pensiunan Guru SMA Argomulyo, Sedayu, Bantul, ini dikenal rajin berolahraga. Tiap hari ia selalu menyempatkan diri mencari keringat dengan jalan atau lari di lingkungan sekitar rumah.

“Harusnya nanti sore [Jumat (9/5)] kembali melakukan pemeriksaan di puskesmas, tetapi apa daya kehendak Tuhan berkata lain,” jelas dia, tatapannya menerawang.

Angan-angannya untuk menunaikan rukun Islam kelima bersama dengan Tukiman buyar. Empat tahun sudah ia menunggu. Ya, Tukiman dan Semi Rahayu tercatat sebagai calon jamaah haji asal Sentolo yang berangkat pada 2014, setelah resmi masuk dalam daftar tunggu calon jamaah haji sejak 2010.

Sekalipun masih terus berusaha ikhlas, ibu dari Kurnia Budi, 33, dan Ida Septri Arini, 30, ini percaya apa yang menimpa keluarganya saat ini adalah hal yang terbaik.

Salah satu tetangga Tukiman, Sugiman, bercerita, Tukiman yang aktif di berbagai organisasi di desanya adalah sosok yang ramah dan mudah bergaul.

Laki-laki berusia 60 tahun itu bahkan mengatakan, Tukiman menjadi roh dari setiap kegiatan di kampung. “Tidak ada Tukiman, seperti ada yang kurang,” tutur laki-laki berkacamata ini lirih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya