SOLOPOS.COM - Puluhan calon abdi dalem baru belajar tata cara berjalan dalam acara gladhen calon abdi dalem keprajan di Bangsal Gadri Kasatrian, Kompleks Kraton Ngayogyakarta, Yogyakarta, Selasa (28/01/2014). Sebanyak 77 calon abdi dalem keprajan dan 40 abdi dalem lama yang akan naik pangkat menjalani pelatihan tersebut sebagai sarana pembelajaran tentang tata cara berbahasa bagongan, tata cara berbusana, tata cara berjalan hingga tata cara menerima serat kekancingan. Gladhen juga sebagai upaya mempersiapkan abdi dalem baru saat diwisuda pada Selasa, 4 Februari 2014. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Sudah menjadi rutinitas, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengangkat abdi dalem dua kali dalam setahun, yakni setelah tingalan Dalem Raja dan 1 Syawal. Pejabat dan kepala daerah biasa turut dalam wisudan itu. Berikut laporan yang ditulis wartawan Harian Jogja, Andreas Tri Pamungkas.

Senin (27/1) menjadi hari pertama para calon abdi dalem melakukan gladi atau latihan, sampai dua hari mendatang Kamis (29/1). Hujan yang mengguyur sejak pagi kemarin, tak menyurut mereka untuk mengikuti gladi yang digelar di Bangsal Kasatriyan.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Pada hari pertama itu, para calon abdi dalem itu melakukan latihan lampah-lampah atau jalan jongkok untuk menerima kekancingan gelar pada wisudan 4 Februari nanti. Dalam kesempatan itu, gladi juga diberlakukan kepada mereka abdi dalem yang belum pernah gladi.
Tampak di antara mereka adalah Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Badan Pertanahan Nasional (BPN) DIY Arie Yuwirin.
Stafnya di bagian Umum, bernama Pratama terus mengikutinya dari kejauhan bermaksud mengabadikan menggunakan kamera foto dan video. Di sudut bangsal lainnya, nampak pula para anggota Sekretariat Bersama Keistimewaan, seperti Widihasto Wasana Putra, Ki Demang Wangsat Yudin, dan Julius Felicianus.

Dipandu oleh dua abdi dalem perempuan, Arie mengikuti apa saja yang diinstruksikan. Bersama dengannya, terdapat tiga calon abdi dalem yang baru saja mengenal apa itu mengabdi di Kraton. Belakangan diketahui mereka itu adalah seorang dokter hewan yaitu Wahyuni, Yatri Dastrini, dan Woro Danurwendo. Kesemuanya pengajar di Fakultas Kedokteran Hewan UGM.

Mendekati siang, wajah Arie sudah tampak lelah menjalani gladi tersebut. Ia berlatih jalan jongkok. Untuk jalan jongkok itu tak mudah. Dari posisi duduk, abdi harus mesti memberikan penghormatan dengan kedua tangan saling menempel dan dalam posisi menyembah. Gerakan kaki untuk melangkah pun tidak boleh salah.

Kaki kanan mesti menjadi awal melangkah. “Mlajeng tengen, jangkah kiwo,” begitu dua abdi dalem sebagai pelatih memberikan arahan.
Mlajeng tengen berarti kaki kanan maju, dan kemudian jangkah kiwo atau ancang- ancang melangkahkan kaki kirinya untuk bergiliran maju. Tangan kanan terkadang juga kerap membarengi untuk menyingkapkan jarik yang terbelak saat jalan jongkok.
Alasan dia menjadi abdi dalem, karena ia ditugasi menata tanah Sultan Grond dan Pakualam Grond. “Jadinya saya ingin mendalami mengenai budaya sejarah Kraton dengan menjadi abdi dalem,” ujar perempuan berusia 45 tahun itu sambil terengah-engah.

Ia lebih dulu meninggalkan latihan, karena agenda rapat yang tak dapat ditinggalkannya. Pada hari pertama itu, ia mendapatkan pengetahuan mengenai sejarah Kraton dari awal berdiri. Makna-makna jalan jongkok itu juga diperolehnya. “Abdi dalem itu bukan sebagai pembantu raja. Selama ini ada kesan seperti itu. Abdi dalem itu, abdi untuk kebudayaan.”

Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo semestinya hadir dalam latihan itu. Tapi, hanya tampak para protokolernya. Ngatijo, salah seorang protokoler Pemkab Kulonprogo mengatakan, Hasto absen karena ada agenda yang tak dapat ditinggalkan, salah satunya adalah rapat bersama gubernur di Kantor Gubernur, Kepatihan.

Penghageng Tepas Dwarapura Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Jatiningrat mengatakan, wisudan pada 4 Februari akan diikuti oleh 77 abdi dalem keprajan baru dan 40 abdi dalem yang naik pangkat. Arie, tiga dokter dan Hasto adalah termasuk abdi dalem baru.
Abdi dalem keprajan, ujar pria yang akrab disapa Romo Tirun itu, adalah abdi dalem untuk para pegawai dan pensiunan. Mereka biasanya mengajukan dengan disetujui dari atasannya langsung. Semisal, Arie harus mendapatkan persetujuan langsung Kepala BPN Pusat Hendarman Supanji. Hendraman sendiri sudah tercatat sebagai abdi dalem.

Namun khusus untuk Widihasto dan kawan-kawan, menurut Tirun, bisa masuk sebagai abdi dalem keprajan dari golongan nonpegawai, karena mereka dihitung memiliki jasa dalam memperjuangkan keistimewaan. Sesudah disahkannya Undang-undang Keistimewaan pada akhir 2012 lalu, kata Tirun, mereka sudah mengajukan menjadi abdi dalam. Lalu, Kraton memberinya dengan pangkat penewu.
“Nah sekarang mereka diberikan pangkat yang seharusnya mereka terima, yakni Raden Mas Wedono,” ujar dia.

Baik Ki Demang atupun Julius menolak jika keterlibatannya sebagai abdi dalem itu untuk menikmati honor abdi dalem dari dana keistimewaan. “Kami justru ingin memperjuangkan agar danais itu program kegiatannya bersumber dari usulan masyarakat, bukan malah buatan dari SKPD [Satuan Kerja Perangkat Daerah] seperti sekarang ini,” ujar dia.
Tapi terkait tepat tidaknya honor untuk abdi dalem dan pangeran, mereka tak berkomentar. Menurut mereka, itu sudah menjadi hak Kraton untuk mengaturnya.

Tirun menegaskan, abdi dalem keprajan itu prinsipnya tidak untuk digaji, karena mereka telah mendapatkan gaji pensiunan. Tapi bisa diarahkan mendapatkan honor, ketika mereka harus bekerja full di Kraton. Semisal di Kridho Mardowo, karena butuh banyak tenaga untuk memainkan gamelan, abdi dalem keprajan bisa diperbantukan. “Ketika itu, mereka diberi jatah honor,” ujar dia.

Tirun menegaskan Kraton disimbolkan secara filosofi sebagai tempat untuk belajar mengenai kehidupan, berlatih mensinergikan nalar dan perasaan. Panggung Krapyak ke Kraton menjadi simbol sangkan (lahir), sedangkan Tugu- Kraton adalah paran (hakekat hubungan manusia dengan Tuhan). “Sehingga abdi dalem itu bukan batur Sultan.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya