SOLOPOS.COM - Bekas salah satu stasiun kereta barang tertua di Indonesia, Stasiun Semarang Gudang, yang terletak di kawasan Tanjung Emas, Kemijen, Semarang Barat, kini hampir seluruh bangunannya terendam air laut akibat terjangan rob. (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Sagar budaya Semarang salah satunya adalah Stasiun Semarang Gudang yang dulunya merupakan stasiun kereta api angkutan barang terbesar di Tanah Air.

Sadiman, penjaga bangunan Stasiun Semarang Gudang, berdiri di samping bangunan salah satu stasiun kereta barang tertua di Indonesia itu yang kini hampir sebagian bangunannya terendam air laut, Rabu (27/9/2016). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Sadiman, penjaga bangunan Stasiun Semarang Gudang, berdiri di samping bangunan stasiun kereta barang tertua di Nusantara itu yang kini sebagian bangunannya terlimpas air laut, Rabu (27/9/2016). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Semarangpos.com, SEMARANG – Sejarah perkeretaapian di Indonesia tak bisa dipisahkan dengan Kota Semarang. Di kota ini, jauh sebelum PT Kereta Api Indonesia (KAI) didirikan pada 28 September 1945, kereta api sudah diperkenalkan ke masyarakat Indonesia dan rutin beroperasi.

Salah satu peninggalan sejarah kereta api di Semarang yang bertahan hingga kini adalah Stasiun Semarang Gudang. Cagar budaya Semarang itu didirikan Belanda pada 1867 sebagai stasiun kereta api barang atau peti kemas terbesar di Nusantara.

Sayangnya, kini, sebagian bangunan stasiun di kawasan Tanjung Emas, Kemijen, Semarang Barat itu terendam air laut. Jalur-jalur kereta api yang dulu kerap dipenuhi kereta api barang dari berbagai daerah di Pulau Jawa itu pun sudah tak terlihat.

Salah seorang penjaga bangunan cagar budaya Semarang itu, Sadiman, menuturkan dulunya hampir semua kereta peti kemas dari berbagai daerah singgah di Stasiun Semarang Gudang. Namun, kini deru mesin dan peluit kereta hanya tinggal kenangan.

“Ramai-ramainya stasiun ini terjadi di era tahun 1975-an. Tapi, sejak 2006 lalu, tepatnya saat rob mulai menerjang, stasiun ini sudah tidak beroperasi,” tutur Sadiman saat dijumpai Semarangpos.com di bangunan bekas Stasiun Semarang Gudang, Selasa (27/9/2016).

Meskipun sudah tak berfungsi, Sadiman masih bermukim di sekitar bangunan stasiun itu. Ia kini bekerja di koperasi yang didirikan bagi para pensiunan pekerja Stasiun Semarang Gudang yang berada di sekitar kawasan tersebut.

Kendati hampir seluruh rambutnya telah memutih, Sadiman masih ingat betul masa kejayaan Stasiun Semarang Gudang. Ia mengatakan di masa-masa jayanya, Stasiun Semarang Gudang memiliki 10 jalur perlintasan yang tiap hari mampu menampung belasan kereta barang.

Menurut Sadiman, jumlah itu tergolong besar pada masa tersebut. Ditambah lagi, kereta api-kereta api itu mengangkut barang dalam jumlah yang relatif banyak.

“Dengan kapasitas super besar, di sini merupakan salah satu stasiun barang tertua dan terbesar saat itu. Paling tida ada enam pemberangkatan kereta setiap hari, baik menuju Jakarta, Demak, Purwodadi, Kudus, Surabaya, maupun Solo,” kenang Sadiman.

Meski demikian, masa kejayaan Stasiun Semarang Gudang perlahan meredup seiring dengan laju pertumbuhan transportasi darat yang semakin pesat. Selain itu, menurut Sadiman, Stasiun Semarang Gudang kini bak gudang tua yang kian keropos dihantam gelombang rob alias limpasan air laut ke daratan.

Tambak Udang

Dua nelayan mencari udang di tambak di samping bangunan bekas Stasiun Semarang Gudang, kawasan Tanjung Emas, Kemijen, Semarang Barat, Rabu (27/9/2016). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Dua nelayan mencari udang di tambak di samping bangunan bekas Stasiun Semarang Gudang, kawasan Tanjung Emas, Kemijen, Semarang Barat, Rabu (27/9/2016). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Bangunan cagar budaya Stasiun Semarang Gudang kini tak lebih dari gedung mangkrak yang sekelilingnya dijadikan tambak udang oleh warga setempat. “Dulu sempat ditinggikan, tapi tak bisa mengimbangi laju rob atau limpasan air laut ke daratan yang kerap melanda pesisir utara Semarang. Akhirnya, stasiun ini tak lagi bisa dioperasikan dan ditutup pada 2006,” beber Sadiman.

Terpisah, Manajer Humas PT KAI Daop IV Semarang, Edi Kusworo, mengaku Stasiun Semarang Gudang merupakan salah satu stasiun kereta tertua di Indonesia. Namun, setelah terendam rob stasiun ini tak bisa difungsikan dan menjadi cagar budaya milik PT KAI.

“Memang itu [Stasiun Semarang Gudang] merupakan salah satu stasiun kereta barang tertua di Indonesia. Tapi, kalau yang paling tua setahu kami ada di Tanggung [Tanggungharjo, Grobogan],” ujar Edi saat dihubungi Semarangpos.com, Rabu.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya