SOLOPOS.COM - Petugas membersihkan situs Beji yang merupakan salah satu situs cagar budaya di Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Ponorogo, Jumat (25/8/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Situs bersejarah di Desa Karangpatihan digali tim BPCB Trowulan Jatim.

Madiunpos.com, PONOROGO — Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jawa Timur melakukan ekskavasi di situs Beji, Dusun Bendo, Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Diperkirakan situs petirtaan atau pemandian itu telah ada sejak abad 14 Masehi pada masa kerajaan Majapahit. Ketua Tim Ekskavasi Situs Beji, Wicaksono Dwi Nugroho, mengatakan sebenarnya situs pemandian itu telah ada sejak lama dan dimanfaat untuk kegiatan masyarakat.

Situs tersebut baru dilaporkan ke BPCB Trowulan pada 2011 lalu. Setelah ditinjau situs tersebut ditetapkan sebagai cagar budaya.

Setelah dilakukan peninjauan lebih lanjut, tim BPCB mengeluarkan rekomendasi ekskavasi arkeologis di situs tersebut tahun ini. “Kami melakukan penggalian di situs Beji ini mulai Rabu 23 Agustus hingga 30 Agustus nanti,” kata dia saat ditemui Madiunpos.com di lokasi penggalian, Jumat (25/8/2017).

Wicaksono menuturkan awalnya situs bersejarah ini dipenuhi tanaman eceng gondok dan lumpur yang sangat tebal. Kemudian, tim BPCB melakukan penggalian dan saat ini sudah hampir 70% situs tersebut terbuka.

Dalam penggalian ini, tim mencari bentuk dan luasan kolam di situs Beji. Luas situs diperkirakan mencapai 16 meter x 16 meter dengan ketebalan tembok lebih dari 2 meter.

Selain kolam pemandian ini, sebelumnya tim menemukan satu miniatur lumbung dan dua arca yang sudah rusak. Situs Beji ini dikategorikan situs ketirtaan dengan bahan utama bata. Namun, BPCB belum menemukan inkripsi atau data sejarah penunjang situs tersebut.

Dilihat dari bahan yang digunakan, kata Wicaksono, situs pemandian ini dibuat pada era Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Hal ini terlihat dari bahan yang digunakan berupa bata. Kalau situs yang lebih tua yaitu pada era Airlangga bahan utamanya batu.

Situs Beji juga mirip situs Petirtaan Dewi Sri di Magetan. Hal itu bisa dilihat dari bahannya yang juga berupa bata bukan batu.

Wicaksono menjelaskan era Majapahit dengan agama yang dianut Hindu-Buddha, Dewi Sri sebagai dewi kesuburan dikultuskan masyarakat. Saat itu masyarakat membangun petirtaan sebagai tempat pemujaan Dewi Sri.

“Tahun pasti pembuatannya masih kami teliti. Tapi asumsi kami, ini dibangun era Majapahit, itu bisa dilihat dari bahan yang digunakan,” ujar arkeolog dari BPCB Trowulan tersebut.

Mengenai kaitan antara situs Beji dengan situs lain atau candi, dia menyampaikan saat ini belum menemukan benda kepurbakalaan lainnya. Mengenai manfaat petirtaan itu pada zaman dahulu, dia belum dapat memastikan.

Bisa untuk tempat persembahan saja atau ada fungsi lain seperti penopang pengairan pertanian di wilayah Ponorogo. Selama ini, petirtaan tersebut juga dimanfaatkan warga untuk ritual khususnya pada bulan Sura.

“Kami ada tujuh orang, ada yang bertugas menggambar detail situs, memetakan kawasan, dan lainnya. Kami juga mempekerjakan orang lokal untuk menggali situs tersebut,” jelas dia.

Pantauan di lokasi, tim dari BPCB beserta empat pekerja membersihkan situs tersebut. Pekerja membuang lumpur yang sangat dalam di lokasi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya