SOLOPOS.COM - Kondisi situs Beji di Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Ponorogo, Jumat (25/8/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Cagar budaya Ponorogo, tim BPCB Trowulan menyampaikan ada berbagai bagian situs yang dirusak.

Madiunpos.com, PONOROGO — Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jawa Timur menyampaikan ada sebagian bangunan di situs Beji di Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Ponorogo, yang rusak, dan ada bagian yang telah diganti dengan bangunan talut untuk pembuatan bendungan di sekitar lokasi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemerintah setempat telah membangun talut dengan merusak tempat yang diduga peninggalan kerajaan Majapahit pada abad ke-14 itu. Bangunan berupa beton tersebut merusak sebagian sisi situs untuk dijadikan bendungan di sebelah situs.

Ketua Tim Ekskavasi Situs Beji, Wicaksono Dwi Nugroho, mengatakan ada sebagian bangunan situs yang telah dirobohkan dan dibangun dengan bangunan talut. Informasi dari masyarakat, bangunan itu dibangun pada tahun 2009 silam. Akibatnya, ada bagian situs yang hilang karena dibongkar.

Selain itu, pada bagian tengah petirtaan atau pemandian juga ada bangunan baru yang dibangun masyarakat. Bangunan baru itu berupa replika kepala manusia. Bangunan tersebut dianggap baru karena melihat bangunan tersebut dibuat dengan semen. Padahal pada zaman dahulu belum ada semen.

Dia menuturkan proses penggalian situs telah mencapai 80% dari total lokasi keseluruhan situs. “Sampai Minggu [27/8/2017], proses penggalian telah mencapai 80%,” kata Wicaksono saat dihubungi Madiunpos.com, Senin (28/8/2017). (baca: BPCB Gali Situs Peninggalan Abad 14 di Desa Karangpatihan Ponorogo)

Dia menuturkan setelah situs yang tersingkap tersebut berhasil digali, pihaknya akan merekomendasikan situs tersebut untuk dipugar. Menurut dia, dalam aturan pemugaran situs bisa dilakukan kalau minimal 70% komponen situs telah terbuka.

“Kalau yang berhasil ditemukan di bawah 70%, kemungkinan situs tersebut tidak bisa dipugar. Kalau yang ditemukan sedikit, dipaksa untuk dipugar, itu artinya penipuan sejarah. Dan itu tidak diperbolehkan,” jelas dia.

Untuk bagian situs Beji yang telah dibongkar untuk proyek bendungan tersebut, pihaknya akan menggunakan teknik mirror atau melihat sisi sebelahnya. Namun, untuk bagian tengah pertitaan yang diperkirakan dibangun 1960-an akan digali lebih jauh pembangunannya sampai mana saja.

Dia menuturkan situs Beji ini menghadap ke timur laut dan sumber air dari pegunungan kars di bagian barat daya. Situs ini menghadap ke kota Ponorogo.

Dimungkinkan pemanfaatan situs ini merupakan sumber irigasi untuk mengairi lahan pertanian dan juga pemandian masyarakat era itu. Hal itu diperkuat dengan adanya patung lumbung yang ada di sekitar situs. Pertitaan dan lumbung ini bisa dikatakan sebagai tempat suci atau pemujaan Dewi Sri atau dewi kesuburan.

“Kita kan negara agraris. Bisa dimungkinkan fungsi Beji di sini itu untuk kegiatan pertanian masyarakat. Kami meyakini situs ini berkaitan dengan kerajaan di Ponorogo saat itu,” terang arkeolog BPCB Trowulan ini.

Setelah penggalian situs selesai, kata Wicaksono, nanti akan menjawab berbagai pertanyaan yang sebelumnya diutarakan yaitu mulai dari berapa meter kedalaman petirtaan, berapa ketebalan dinding petirtaan, hingga bentuk utuh situs. Setelah selesai penggalian nanti akan terlihat dalam gambar tiga dimensi yang akan dibuat tim.

“Kalau saat ini kami belum bisa menjelaskan bentuk utuh situs Beji, karena memang belum 100% terlihat,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya