SOLOPOS.COM - Kepala SMAN 1 Sragen, Beti Marga Sulistyawati, bersama Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati membawa trofi sekolah adiwiyata mandiri saat penyerahan penghargaan adiwiyata di SMAN 1 Sragen, Jumat (21/1/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Bukan perkara mudah untuk bisa meraih predikat sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri. SMAN 1 Sragen telah membuktikannya. Mereka membutuhkan waktu dua tahun untuk mendapatkan penghargaan Adiwiyata Mandiri tersebut. Adiwiyata itu ternyata mampu menumbuhkan karakter cinta lingkungan di kalangan siswa SMAN 1 Sragen.

Adiwiyata Mandiri adalah penghargaan kategori tertinggi dalam program yang dijalankan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tersebut. Di sisi lain, SMAN 1 Sragen memiliki tiga sekolah binaan, yakni SMPN 1 Tangen, SMPN 1 Sragen, dan SDN 1 Pilangsari.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepala SMAN 1 Sragen, Beti Marga Sulistyawati, saat ditemui wartawan, Jumat (21/1/2022), menyampaikan tahapan untuk mencapai adiwiyata mandiri itu dimulai dari adiwiyata kabupaten. Kemudian Adiwiyata Provinsi, Nasional, baru Mandiri.

Baca Juga: Selamat! 13 Sekolah di Sragen ini Lolos Adiwiyata Nasional dan Mandiri

“Saat saya masuk ke SMAN 1 Sragen ini statusnya masih sebagai sekolah adiwiyata tingkat provinsi. Kami berusaha sehingga 20 Januari 2019 lalu bisa meraih Adiwiyata Nasional. Selama dua tahun terakhir inilah kami membudayakan cinta dan peduli lingkungan sehingga bisa meraih Adiwiyata Mandiri pada akhir 2021. Semua itu karena dukungan seluruh stakeholders, termasuk siswa, orang tua, guru, karyawan, dan alumni,” jelas Beti.

Ia menilai adiwiyata itu bukan sebuah kejuaraan atau lomba. Tetapi penghargaan atau apresiasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kepada sekolah yang mampu membudayakan peserta didiknya untuk peduli lingkungan, berkarakter bersih dan sehat, dan tidak membuang sampah sembarangan.

Dia menyampaikan sudah ada upaya meminimalisasi penggunaan plastik sehingga menjadikan sekolah ini asri dan nyaman.

Baca Juga: Hadiah Minim, Lomba Sekolah Adiwiyata di Sragen Minim Peserta

“Budaya yang tumbuh sekarang, di antaranya para siswa tidak jajan sembarangan. Mereka membawa botol minum sendiri dari rumah dan membawa bekal makanan sendiri. Di kantin pun saat sebelum pandemi sudah meminimalisasi plastik dan diganti dengan daun dan seterusnya. Sampah yang ada pun dikelola menjadi kompos,” jelasnya.

Beti menerangkan anak-anak pecinta alam pun dilibatkan dan semua yang ada di sekolah memiliki peran. Selian itu ada inovasi yang lahir dengan pemanfaatan energi matahari, yakni dengan panel surya untuk menyiram air di taman. Panel surya itu, sebut dia, ada di tiga lokasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya