SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Setiap memasuki masa penghayatan akan dasar-dasar iman, selalu saja kita bisa menemukan butiran-butiran mutiara baru yang kita dapatkan. Setelah melakukan perjalanan batin untuk menghayati kefanaan manusia sampai pada persiapan diri menyambut kemenangan Yesus, saya menemukan butir-butir mutiara yang menghias jiwa.

Mutiara pertama, ini terhayati ketika mempersiapan diri untuk menyiapkan salib sebagai symbol penting dalam masa pra paskah. Kami biasa menggunakan salib dari kayu yang mampu menahan berat tubuh manusia dewasa. Kami ingin menganti dengan bahan yang lain, kira-kira apa ? Apa salib dari knalpot mobil seperti yang sudah kulakukan untuk ulang  tahun sinode ? Bambu….. bambu … sepertinya idenya menarik. Sampailah kami pada tahap akhir untuk membuat salib itu dengan cahaya dan kain. Dari beberapa percobaan kami menggunakan lampu ultraviolet yang diletakan di balik salib dan menggunakan kain warna putih sebagai ormanem berikutnya. Setelah lampu dinyalakan kami melihat kain yang memancarkan cahaya kebiru-biruan. Efek cahaya yang mengagumkan dan meneduhkan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sumber cahaya tidak nampak oleh mata kami, tapi kami melihat pancarannya dari kain putih. Bukankan seharusnya begini setiap manusia. Kita adalah kain putih yang sebenarnya tidak bercahaya namun saat kita dekat dengan sumber cahaya kehidupan maka kita akan memancarkan cahaya itu sebagai cahaya keangungan. Kita memancarkan cahaya kasih bagi sesama karena Tuhan sudah terlebih dahulu mengasihi kita. Kita memancarkan cahaya pengampunan karena Tuhan sudah mengampuni kita.

Mutiara kedua, ini terhayati saat melihat salib yang disana Yesus terpaku. Ia menjadi tokoh utama dalam film The Passion of the Christ, semua adegan berpusat pada penderitaan dan kesengsaraan yang Ia alami. Demikian juga kesan itu yang kita tangkap saat menyaksikan visualisasi penyaliban Yesus. Tetapi pandangan itu berubah ketika menyaksikan film laga. Banyak adegan-adegan berbahaya yang ditayangkan, semuanya nampak tokoh utama begitu luar biasa dalam setiap adegan. Dari semua adegan yang berbahaya itu ada pemeran pengganti yang menggantikan artis utama. Ia melakukan adegan berisiko tinggi supaya sang idola tidak terluka.

Melihat peran ‘pemain penganti’ dan melihat Yesus yang tersalib membawaku pada kesadaran baru. Yesus adalah pemain pengganti, Ia menggantikan kita yang harusnya dihukum di kayu salib. Ia menggantikan kita menghadapi hukuman supaya kita tidak dihukum. Ia sengsara supaya kita bahagia. Ia dihina supaya kita bisa mulia. Di bagian ini sebenarnya kitalah tokoh utama. Tokoh utama yang dikasih oleh Tuhan. Kasih itu yang membuat Yesus sengsara supaya memastikan kita berada dalam kondisi aman.

Mutiara ketiga, terhayati ketika merenungkan jalan penderitaan Yesus. Sebelum Yesus ditangkap, Ia kerap kali mengajar jalan kebenaran, menegur setiap orang yang tidak benar. Yesus juga lantang menyerukan pembelaan bagi mereka yang diperlakukan tidak adil oleh sesama maupun kekuasaan. Namun saat Yesus ditangkap, diadili dengan tidak adil, dianggap salah walau sebenarnya benar. Dari semua rangkaian itu Yesus tidak membuka mulutNya untuk membela diri, melawan dengan kekerasan dan berteriak memaki mereka yang kurang ajar. Yesus hanya diam.

Bagian penting yang harus kita renungkan. Kapan kita membuka mulut kita untuk bicara. Apakah saat kita melihat orang lain diperlakukan tidak adil, sewenang-wenang? Apakah kita membuka mulut kita saat ketidakbenaran berjalan bagi orang yang tidak kita kenal. Banyak hal yang tidak adil, tidak benar, kecurangan dan banyak hal yang lain tetapi tidak membuat kita membuka mulut kita karena itu semua terjadi pada dia dan mereka. Namun sebaliknya saat semuanya itu mengenai kita dengan kadar yang ringan saja, sudah cukup menjadi bahan bakar untuk membuka mulut kita. Yesus memberi teladan tentang kapan kita harus membuka mulut kita untuk bicara. Semoga ini menjadi teladan yang baik bagi bangsa ini setelah pemilihan umum 9 April 2009 kemarin.

Mutiara keempat, terhayati ketika mempersiapkan diri untuk menyambut hari Paskah. Hari kemenangan dan batu pondasi bagi bangunan iman. Kemenangan Yesus mengalahkan kematian memberikan kita harapan akan kehidupan. Yesus yang dalam karyaNya menyebuhkan banyak sakit penyakit, memberikan rejeki bagi mereka yang kekurangan, menyapa mereka yang kesepian, merangkul mereka yang terbuang. KebangkitanNya akan memberikan kita semangat yang sama dalam segala laku kehidupan yang meneladan Yesus.

Kita sungguh berharap untuk bisa mengerjakan seperti apa yang Yesus lakukan. Sebelum kita bisa melakukan semuanya dengan sempurna mari kita lakukan yang seperti ini. Kalau kita tidak bisa menyembuhkan paling tidak kita tidak membuat orang lain sakit. Kalau kita tidak bisa memberi rezeki orang lain paling tidak kita tidak merampas rejeki orang lain. Kalau kita tidak bisa menyapa mereka yang kesepian paling tidak jangan membuat jiwa-jiwa merana. Kalau kita tidak bisa merangkul mereka yang terbuang paling tidak kita tidak membuang orang yang sudah ada dalam hati kita. KemenanganNya akan memampukan kita.
Inilah butir-butir mutiara iman yang menghiasi dan menyegarkan jiwa. Biarlah ini juga menjadi mutiara dalam batin pembaca. Selamat merayakan Paskah. Selamat bagi bangsa Indosesia. Tuhan memberkati.
 

Oleh Sundoyo
Pendeta GKJ Brayat Kinasih

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya