SOLOPOS.COM - ANEKA BESKAP - Asisten Direktur Sadinoe Solo, Winda Astari, menunjukan beberapa jenis beskap yang diproduksi dan dijual di Sadinoe Solo, Jl. Saharjo SH 60 (Pringgading) Solo, Senin (18/6/2012) (Sri Sumi Handayani/JIBI/SOLOPOS)

BUSANA TRADISIONAL - Guru di SMPN 1 Solo mengerjakan tugas dengan mengenakan busana tradisional Jawa, Kamis (21/6/2012) (Sri Sumi Handayani/JIBI/SOLOPOS)

Deretan busana tradisional Jawa, beskap landung, digantung di tiang alumunium yang terdiri dari dua tingkat. Puluhan beskap aneka warna seperti merah marun, kuning gading, hijau daun, hitam, cokelat muda maupun putih tulang hampir memenuhi ruang ukuran 4 meter x 3 meter tanpa daun pintu. Beberapa beskap landung siap pakai dibungkus plastik berwarna bening. Beskap landung yang lain, masih kurang sentuhan akhir, seperti kancing baju berwarna emas.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Suara mesin jahit dari ruang sebelah, memancing rasa ingin tahu Espos. Di dalam ruang itu, lima orang sibuk menyelesaikan pekerjaan masing-masing. Satu orang memotong pola beskap landung. Yang lain menjahit, mengobras, memasang kancing baju, menyeterika dan lain-lain. Masing-masing orang mengerjakan satu tugas.

Di ruang itulah busana Jawa diproduksi. Cipta Busana Jawi Sukarno terletak di Cemani, Grogol, Sukoharjo. Usaha pembuatan dan penjualan pakaian Jawa yang dirintis Sukarno itu dilanjutkan anak-anaknya. Anak pertama Sukarno, Joko Sriwahyono, dibantu adik-adiknya mengembangkan usaha tersebut.

Lokasinya di dalam gang selebar satu meter. Tapi, orang dari Solo dan sekitarnya berdatangan untuk memesan beskap.

“Saya terpaksa menolak beberapa pesanan karena tenggat waktu yang mereka berikan kurang. Saya khawatir mengurangi kualitas produk. Saya tidak mau pelanggan kecewa,” ujar Joko saat ditemui Espos di rumah sekaligus tempat produksi, Senin (18/6).

Saat ini, pemesanan baju tradisional semakin banyak. Pemerintah Kota Solo mengeluarkan kebijakan PNS lelaki wajib mengenakan beskap landung warna putih tulang sedangkan perempuan memakai kebaya model kutu baru setiap Kamis. Sejumlah sekolah juga mengeluarkan kebijakan serupa. Tak heran, kita mendapati warga berbusana Jawa di jalanan setiap Kamis. Mereka adalah para PNS Kota Solo.

Tentu saja kebijakan itu disambut positif perajin beskap seperti Joko dan kawan-kawan. Mereka berharap kebijakan itu mampu melestarikan budaya tradisional Jawa yang dinilai mulai luntur.

Beskap kini hanya dikenakan saat upacara pernikahan, upacara adat dan lain-lain.

Perajin lainnya adalah Ronggojati Sugiyatna, 61, penerus usaha Busana Jawi Suratman, di Jl Teuku Umar 14 Solo. Dia menceritakan dulu orang mengenakan busana tradisional Jawa untuk aktivitas sehari-hari. Berbeda dengan zaman sekarang, orang enggan memakai beskap karena mempertimbangkan gaya dan kepraktisan.

Seolah tak kehabisan akal, perajin beskap memutar otak menyiasati kesulitan itu dengan membuat beskap ringkas. Mereka menjahit jarit menjadi serupa rok lengkap dengan wiru yang siap pakai tanpa perlu repot-repot membebatkan ke kaki.

“Kebijakan pemerintah membangkitkan semangat perajin busana tradisional untuk terus berkarya dan menumbuhkan rasa njawani. Mereka terus berinovasi untuk memudahkan orang memakai beskap sehingga beskap jauh dari kata ribet,” tuturnya saat ditemui Espos, Selasa (19/6).

Lebih lanjut, lelaki berkacamata itu menjelaskan mengenakan beskap tidak sekadar menutup tubuh. Ada makna yang di dalamnya. Orang yang mengenakan beskap sebaiknya bersikap njawani dalam perilaku maupun tutur kata. “Bagi saya, orang mengenakan beskap itu bukan sekadar pilihan tetapi memiliki makna. Kalau sudah pakai pakaian Jawa, bersikap dan berlaku sesuai orang Jawa. Meski hanya sehari tetapi apabila mereka bisa bersikap dan berperilaku seperti orang Jawa maka bumi ini bisa lebih baik.”

ANEKA BESKAP - Asisten Direktur Sadinoe Solo, Winda Astari, menunjukan beberapa jenis beskap yang diproduksi dan dijual di Sadinoe Solo, Jl. Saharjo SH 60 (Pringgading) Solo, Senin (18/6/2012) (Sri Sumi Handayani/JIBI/SOLOPOS)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya