SOLOPOS.COM - JAHIT BESKAP - Penjahit membuat beskap di Cipta Busana Jawi Sukarno, Cemani, Sukoharjo, Senin (18/6/2012) (Sri Sumi Handayani/JIBI/SOLOPOS)

JAHIT BESKAP - Penjahit membuat beskap di Cipta Busana Jawi Sukarno, Cemani, Sukoharjo, Senin (18/6/2012) (Sri Sumi Handayani/JIBI/SOLOPOS)

Kebijakan Pemerintah Kota Solo mewajibkan PNS laki-laki mengenakan beskap landung dan kebaya bagi PNS perempuan setiap Kamis berimbas positif bagi perajin maupun penjual beskap di Solo. Sebagian membawa kain ke penjahit. Namun tak jarang, mereka memilih membeli busana tradisional yang siap pakai (ready to wear) ketimbang repot-repot menjahitkan.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

Guru SMAN 4 Solo, Hariyanto, mengatakan setiap orang bebas memilih menjahitkan baju atau membeli beskap siap pakai. Pemkot telah menentukan modelnya. Kebanyakan PNS mengeluarkan Rp100.000-Rp250.000 untuk membeli beskap landung.

“Kebanyakan memilih beli tetapi ada yang menjahitkan ke penjahit langganan maupun khusus beskap. Harga yang dipilih tergantung kemampuan masing-masing. Tidak ada paksaan harus menjahitkan. Jadi, soal kualitas menjadi pilihan masing-masing,” tutur Hariyanto saat ditemui Espos di SMAN 4 Solo, Rabu (20/6).

Hal senada dituturkan guru Agama Islam SMPN 1 Solo, Rahmat Rois. Dia tak ambil pusing soal kualitas jahitan. Dia mengeluarkan uang sekitar Rp100.000 untuk menjahitkan beskap. “Jahitannya sama dengan yang lain. Bagi saya yang penting nyaman dan bisa dikenakan untuk mengajar.”

Berbeda dengan Rahmat, Setiyoko, guru Bahasa Inggris SMPN 1 Solo memilih beli beskap landung warna putih tulang di salah satu toko di Solo. Hanya saja dia mengeluh karena kainnya kurang nyaman. “Saya tidak repot makanya membeli beskap. Tetapi kurang nyaman karena bahan yang digunakan tidak menyerap keringat dan panas. Beruntung ruang kelas dilengkapi pendingin ruang,” ujarnya sambil tertawa saat ditemui Espos di SMPN 1 Solo, Kamis (21/6).

Joko Sri Wahyono, pengelola Cipta Busana Jawi Sukarno, menuturkan beberapa pihak memberi order membuat baju tradisional. Dia mengakui tidak semua memedulikan kualitas. “Semua kembali kepada kantong masing-masing. Ada yang peduli harga tetapi ada yang peduli kualitas. Lagi pula, beskap tidak dipakai setiap hari,” kata dia.

Hal berbeda dituturkan Asisten Direktur Toko Sadinoe Solo, Winda Astari. Beberapa orang kecele saat kali pertama menjahitkan kain ke Sadinoe Solo. Mereka kaget mengetahui biaya jasa menjahit. “Kali pertama kebijakan (wajib mengenakan busana Jawa) itu muncul, beberapa orang datang ke sini. Tetapi setelah tahu harga (menjahit) lumayan mahal, tidak ada yang datang. Mereka menyesuaikan kantong. Bagaimanapun juga, kualitas itu memengaruhi harga,” ujarnya.

Yang jelas, kewajiban mengenakan pakaian tradisional Jawa bagi PNS membuat bisnis ini makin moncer. Joko Sri Wahyono, penerus usaha Cipta Busana Jawi Sukarno, mengaku dalam sehari memproduksi 20 beskap yang selalu terjual. Bahkan dia pernah menolak permintaan konsumen untuk membuatkan sejumlah beskap demi menjaga kualitas. “Bukan demi uang kami membuat tetapi kualitas lebih utama. Jangan sampai mereka kecewa.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya