SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, KLATEN</strong> &mdash; Asosiasi Kabupaten (Askab) <a href="http://semarang.solopos.com/read/20180612/515/921894/ini-jadwal-piala-soeratin-u-17-zona-jawa-tengah">PSSI</a> Klaten memilih menempuh jalur hukum untuk menyelesaikan insiden penyerangan terhadap bus yang mengangkut pemain PSIK Klaten Junior (Jr.) di kawasan Mungkid Magelang pada Sabtu (11/8/2018) malam.</p><p>Penyerangan oleh sekelompok suporter itu terjadi setelah PSIK Klaten Jr. mengalahkan tuan rumah PPSM Sakti Magelang Jr. dengan skor 3-1 dalam laga Grup 4 <a href="http://bola.solopos.com/read/20180702/499/925531/piala-soeratin-u-17-tiga-tim-soloraya-bakal-saling-sikut">Piala Soeratin U-17</a> di Stadion Moch. Soebroto Magelang. Akibat insiden itu, kaca bus pecah pada beberapa bagian hingga membuat para pemain panik.</p><p>Beruntung insiden itu tidak sampai melukai pemain. Para pemain selamat sampai Klaten setelah mendapat pengawalan secara estafet dengan melibatkan sejumlah polsek. &ldquo;Laporan kepada polisi sudah kami sampaikan. Kami sudah menyertakan barang bukti berupa foto-foto kerusakan bus kepada polisi. Polisi juga sudah meminta keterangan kru kami yang menjadi saksi kejadian itu,&rdquo; jelas Ketua Askab PSSI Klaten Ardhana saat dihubungi <em>Solopos.com,</em> Jumat (17/8/2018).</p><p>Selain kepada polisi, Askab PSSI Klaten juga sudah melapor ke Komisi Disiplin Asprov PSSI Jateng. Laporan kepada Asprov PSSI Jateng itu tidak hanya terkait insiden pelemparan batu ke arah bus pemain, tetapi juga terkait kebrutalan pemain PPSM Sakti Magelang yang mengakibatkan dua pemain PSIK Klaten Jr. mengalami patah tulang.</p><p>Pada Kamis (16/8/2018), Ardhana sudah mengirimkan empat orang untuk memenuhi panggilan dari Komdis Asprov PSSI Jateng. Ardhana berharap Komdis Asprov PSSI Jateng bisa mengambil sikap terkait insiden yang terjadi di lapangan maupun di luar lapangan tersebut.</p><p>&ldquo;Semua itu bermula dari ketidaktegasan wasit yang memimpin pertandingan. Dua pemain kami sampai diperlakukan kasar hingga patah tulang, tapi wasit hanya memberi kartu kuning. Padahal itu pelanggaran yang jelas berbahaya. Karena tim yang mereka dukung kalah, suporter menjadi beringas hingga menjadikan pemain kami sebagai sasaran pelemparan batu. Padahal, suporter adalah bagian dari pelaku industri sepak bola yang mestinya bisa membuat nyaman para pemain, bukan malah sebaliknya,&rdquo; papar Ardhana.</p><p>Sementara itu, Ketua Asprov PSSI Jateng Johar Lin Eng mengakui lembaganya kesulitan untuk mendeteksi insiden yang terjadi di luar stadion. Oleh karenanya, Johar mengirimkan surat kepada Kapolda Jateng untuk meningkatkan keamanan guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.</p><p>&ldquo;Jika di luar stadion, ada 1.001 cara yang memungkinkan terjadinya kericuhan. Itu sebabnya, kami minta polisi meningkatkan sistem pengamanan,&rdquo; ujarnya kepada <em>Solopos.com.</em></p><p>Johar Lin Eng mengakui kericuhan suporter yang terjadi di luar lapangan sudah beberapa kali terjadi pada tahun ini. Seusai pertandingan final Liga 3 Zona Jateng beberapa waktu lalu, suporter juga merusak bus yang ditumpangi para pemain Persibara Banjarnegara setelah terlibat duel dengan PSIP Pemalang. Pada Minggu (12/8/2018) lalu, kelompok suporter juga melampari bus yang mengangkut pemain PSISa Salatiga Jr. setelah pertandingan melawan ISP Purworejo Jr. selesai.</p><p>&ldquo;Telah terjadi peningkatan kekerasan terhadap tim maupun suporter yang menjalani pertandingan away di wilayah Jateng. Hal itu tidak bisa dijangkau oleh Komisi Disiplin Asprov PSSI Jateng sehingga kami memohon ada peningkatan keamanan dari polisi,&rdquo; ucap Johar.&nbsp;</p>

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya