SOLOPOS.COM - Kondektur bus bumel PO Raya trayek Solo-Pracimantoro menurunkan penumpang di perempatan Ponten, Wonogiri, Selasa (28/6/2022). Sejak pandemi Covid-19 penumpang bus Solo-Wonogiri berkurang drastis. Akibatnya, PO Raya hanya mengoperasikan dua bus dari sembilan bus yang tersedia. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLO — Bus bumel jurusan Solo-Wonogiri saat ini memang semakin tergilas oleh zaman. Banyaknya alternatif alat transportasi lain seperti kendaraan pribadi maupun railbus menjadi salah satu penyebabnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Operasional bus antarkota dalam provinsi atau AKDP tersebut semakin terpuruk ketika pandemki Covid-19 melanda. Tak sedikit bus yang ogah kembali beroperasi setelah dua tahun pandemi. 

Jumlah bus yang beroperasi dari tahun ke tahun pun terus berkurang. Dari 180 unit bus yang beroperasi pada 2011 kini tersisa seperempatnya. Sungguh sangat disayangkan karena sebenarnya bus bumel jurusan Solo-Wonogiri ini masih punya penggemar atau penumpang setia.

Ekspedisi Mudik 2024

Jangkauannya yang jauh sampai ke wilayah kecamatan-kecamatan menjadi keunggulan dan alasan penumpang memilih bus tersebut ketimbang kereta api (KA) atau railbus Bathara Kresna Solo-Wonogiri PP, misalnya. Apalagi railbus hanya berjalan dua kali bolak balik per harinya.

Sementara bus bisa dijumpai sepanjang hari. Berdasarkan penelusuran Solopos.com, bus bumel Solo-Wonogiri masih menjadi pilihan bagi sebagian orang, utamanya para perantau asal Wonogiri di Solo. Uniknya, berbeda dengan bus Solo-Jogja, penumpang setia bus Solo-Wonogiri itu banyak yang dari kalangan anak muda.

Baca Juga: Wah, Bus Bumel Solo-Wonogiri Ternyata Berpeluang Besar Tetap Eksis

Klara Widhita Ismawardani, 20, salah satunya. Sudah tiga tahun lebih Klara rutin menggunakan jasa layanan transportasi bus bumel Solo-Wonogiri. Ia merupakan warga Karang Lor, Kecamatan Manyaran, Wonogiri.

Bus Bumel di Wonogiri Solo-Wonogiri
Perusahaan Otobus (PO) Raya saat berhenti di perempatan Gudang Seng untuk mencari penumpang yang akan naik dengan jurusan akhir Terminal Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Rabu (29/6/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M)

Pada 2019, Klara mulai tinggal di Jebres sebab ia mulai menempuh pendidikan di perguruan tinggi di Solo. Dalam sebulan, ia biasa pulang pergi Solo-Wonogiri menggunakan bus bumel sampai empat kali.

Alasan Tidak Beralih ke Railbus

“Desaku Karang Lor, Kecamatan Manyaran. Kalau posisinya ya Wonogiri sisi barat,” jelas Klara saat diwawancara Solopos.com, Kamis (14/7/2022).

Saat ditanya kenapa tidak memilih railbus, Klara menuturkan jalur yang dilewati kereta Bathara Kresna tidak searah dengan rumahnya. Bila ia naik kereta, ia harus mengeluarkan ongkos tambahan untuk naik bus lagi sampai ke rumahnya. “Enggak. Itu sama saja lewat kota, enggak lewat Wuryantoro. Jadi nyambungnya akan lebih lama,” jelasnya.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Belum Berlalu, Cerita Kru Bus Bumel Masih Pilu

Bila Klara hendak menuju Wonogiri, ia akan menunggu bus bumel di halte bus Rumah Duka Tiong Ting, Jl Kolonel Sutarto, Jebres, Solo. Jarak indekosnya sampai Halte Tiong Ting lebih dekat dibanding jarak indekosnya dengan Terminal Tirtonadi. 

“Kalau aku biasa naike di Tiong Ting karena kalau dari kos ke Terminal Tirtonadi kejauhan kan,” tuturnya. Jarak dari Halte Tiong Ting hingga rumahnya di Kecamatan Manyaran sekitar 37 kilometer. Dari halte, bus melaju menuju arah Pasar Gede, ke arah selatan melewati Pasar Kliwon dan arah Sukoharjo-Wonogiri.

Menurutnya, bus hanya mampir di satu terminal yakni Terminal Sukoharjo. “Kalau sepanjang perjalanan ya cuma di Terminal Sukoharjo aja sih,” tuturnya.

Klara tidak turun di Terminal Wonogiri. Ia hanya turun di daerah Kecamatan Wuryantoro. Untuk menuju rumahnya di Manyaran, ia harus menyambung dengan bus lain atau dijemput oleh kerabat di rumah.

Baca Juga: Begini Alasan Organda Wonogiri, Pamor Bus Bumel Makin Menurun

“Turunnya sih enggak di Terminal Wonogiri Kota atau Terminal Praci [Pracimantoro]. Tapi aku di Wuryantoro karena aku kan harus nyambung [naik bus lain] untuk sampai rumah,” jelasnya.

Fleksibilitas Waktu

Dalam sekali perjalanan naik bus bumel Solo-Wonogiri kemudian sampai Wuryantoro, Klara membutuhkan waktu sekitar 90 hingga 120 menit. Tergantung kondisi arus lalu lintas dan seberapa lama bus menunggu penumpang. “Sejam lebih, ya hampir dua jam. Tergantung busnya ini ngetem enggak, kemudian jalanan ramai enggak,” imbuhnya.

Sementara itu, Anisa Setianing, 23, warga Desa Keloran, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, juga menjadi pelanggan bus bumel Solo – Wonogiri sejak 2018. Anisa tinggal di pondok pesantren di Pucangsawit, Jebres, Solo. 

Ia kerap menggunakan bus bumel Solo-Wonogiri setidaknya tiap akhir pekan. Faktor fleksibilitas waktu menjadi alasannya lebih memilih bus bumel dibanding kereta railbus Bathara Kresna. Dengan bus, ia bisa mengaksesnya kapan pun tanpa batasan waktu tertentu. 

Baca Juga: Aman! Seluruh Bus Bumel yang Mengaspal di Wonogiri Laik Jalan

“Bus lebih bebas maksudnya bisa kapan aja. Enggak diburu waktu, ya lebih fleksibel,” jelasnya. Saat ia hendak menuju rumahnya di Selogiri, ia bisa menggunakan bus jurusan Terminal Tipe C Wonogiri, Terminal Pracimantoro, atau pun bus jurusan Pacitan karena pasti lewat sana.

Anisa biasa turun di Pasar Krisak, Selogiri. “Kalau aku kebetulan pakai ketiganya bisa. Jadi enggak terbatas jurusan Praci atau kota,” jelasnya.



Anisa bercerita ia kerap menunggu bus dari Perempatan Panggung, Tegalharjo, Jebres, atau dekat Hotel Asia Solo. Dalam sekali perjalanan Solo-Pasar Krisak, Anisa membutuhkan waktu sekitar 60 menit. “Sejaman lah ya paling enggak,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya