SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Sejumlah warga Solo dibuat kesal dengan ulah sopir bus Batik Solo Trans (BST) yang ugal-ugalan dan tidak mematuhi standard operating procedure (SOP) yang berlaku.

Warga Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Solo, Firdaus Rusli Wijaya, mengaku hampir ditabrak salah satu unit BST yang melintas di Jl. Dr. Radjiman, Selasa (3/9/2019).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

BST tersebut melaju melawan arah sehingga membahayakan keselamatan dirinya dan beberapa pengendara lain.

“Sudah menerobos lampu merah, masuk di jalur berlawanan pula. Saya hampir ditabrak kalau tidak mengerem. Padahal saya sudah jalan di jalur yang benar. Tertib berlalu lintas sepertinya tidak berlaku untuk bus ini. Mereka seolah jadi pemain tunggal di jalanan. Saya khawatir terjadi kecelakaan lalu lintas, karena 90 persen penyebabnya human error. Bagaimana SOP mereka?” kata dia kepada Solopos.com, Rabu (4/9/2019).

Warga lain, Nur Ismi, menyebut standar yang sering dilanggar sopir bus BST adalah batas kecepatan dan menaikturunkan penumpang di sembarang tempat. Mereka juga suka asal mengerem sembarangan. Belum lagi masa tunggu yang lama.

“Kalau seperti ini terus bagaimana BST bisa dapat penumpang. Saya dengar jumlah penumpang semakin turun, tapi kalau pelayanan tidak ditingkatkan, ya akan terus turun penumpangnya,” ucap warga Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, itu.

Direktur PT Bengawan Solo Trans (BST), Sri Sadadmodjo, mengatakan perilaku awak BST itu jelas melanggar SOP. “Kalau ada informasi nomor lambung bus, kami akan lebih cepat dan tepat dalam membina pengemudi. Keluhan tersebut menjadi masukan yang berharga agar kami lebih baik ke depan,” kata dia.

Saat ini, sambung Sadad, PT BST mengoperasikan 50 unit bus di tiga koridor, masing-masing 15 unit di koridor I dan II, sisanya di koridor III. Kabid Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo, Taufik Muhammad, menegaskan tak segan menarik unit bus BST apabila pengemudi ketahuan melanggar SOP.

“Kami terus memantau dan berusaha mengubah pola operasional. Kami sedang mengusulkan agar operasional BST sepenuhnya dikelola pemerintah. Tapi, masih menunggu pembahasan lebih lanjut,” imbuhnya, Rabu.

Dia mengatakan berdasar informasi tahun depan operasional BST akan dibiayai pemerintah lewat program buy the service. Dia berharap hal itu segera terwujud sehingga layanan bus itu jadi makin baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya