SOLOPOS.COM - Pengguna jalan melewati jalur penghubung Desa Gilirejo Baru, Kecamatan Miri, Sragen, yang rusak parah, Selasa (16/5/2017). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Kepala Desa Gilirejo Baru mengeluhkan buruknya pelayanan kesehatan di puskesmas pembantu desa tersebut.

Solopos.com, SRAGEN — Layanan kesehatan di Pustu Gilirejo Baru, Miri, Sragen, membuat pemerintah desa (pemdes) pusing lantaran jarang beroperasi. Akibatnya warga kesulitan mendapatkan layanan kesehatan di fasilitas milik pemerintah tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu disampaikan Kepala Desa (Kades) Gilirejo Baru, Hartono, saat diwawancarai wartawan di sela-sela kegiatan Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona di Gunung Kemukus, Desa Pendem, Sumberlawang, Kamis (16/11/2017). (Baca: Gara-Gara Jalan Rusak, Desa Berjarak 35 Km dari Pusat Kota Sragen Ini Harus Ditempuh 2,5 Jam)

“Mungkin karena kondisi bangunannya sudah rusak atau bagaimana, bidannya tidak mau tinggal di situ. Akibatnya pelayanan kesehatan kurang maksimal. Bidan datang tidak tentu. Kadang sepekan penuh tidak datang,” keluh dia.

Hartono mengungkapkan Pustu Gilirejo Baru dibangun saat dirinya belum menjadi kepala desa (kades) yakni pada 2007-2009. Lantaran sudah lama, kondisi fisik bangunan pustu sudah tidak lagi representatif.

“Karena kondisinya seperti itu warga kesulitan kalau mau berobat atau bersalin. Sering kali warga harus ke Kemusu, Boyolali, untuk mendapatkan layanan kesehatan. Kan desa kami berbatasan dengan Kedungrejo, Kemusu,” ujar dia.

Hartono mengisahkan tahun lalu ada warganya yang terpaksa melahirkan di dalam mobil saat perjalanan menuju RSUD Gemolong. Saat itu sekitar pukul 00.30 WIB. Pustu Gilirejo Baru tidak buka sehingga warga harus ke Gemolong.(Baca: Camat dan Kades Todong Gubernur Bangun Jembatan Gilirejo)

Tapi dalam perjalanan bayi keburu lahir. “Nangis batin kalau ada kejadian seperti itu. Karena bidan desa tidak, warga saya ke Gemolong. Baru dalam perjalanan sudah keburu mbrojol. Padahal masih di tengah hutan,” kata dia.

Hartono juga menyayangkan sikap bidan desa setempat yang keberatan mengimunisasi cucunya belum lama ini. “Saat anak saya melahirkan, [bidan] saya suruh imunisasi cucu saya tidak mau. Alasannya jalan,” imbuh dia.

Hartono mengakui kondisi jalan utama Gilirejo Baru rusak parah sepanjang tujuh kilometer beberapa tahun terakhir. Pada 2015 sempat dilakukan perbaikan jalan sepanjang 1,5 kilometer dengan konstruksi cor tanpa tulang. Tapi kini ruas jalan itu kembali rusak.

“Bila yang baru saja diperbaiki saja rusak parah, bayangkan bagaimana kondisi 5,5 kilometer jalan aspal sambungannya yang dibangun pada zaman Pak Untung [eks Bupati Sragen],” tutur dia.

Hartono memerinci jalan yang rusak ruas Tunjungsari-Sumberejo-Gondanglegi-Pelembinatur-Margomulyo-Purworejo. Kerusakan tidak hanya di badan jalan selebar tiga meter, tapi juga bagian talut di sepanjang jalan tersebut.

“Mohon Pemkab memerhatikan kondisi jalan di Gilirejo Baru. Bila tak segera dibenahi menjadikan daerah kami semakin terisolasi karena rusaknya parah. Sebetulnya sudah kami usulkan, bahkan kami minta audiensi,” tambah dia.

Sekretaris Dinas Kesehatan Sragen, Fanny Fandani, saat dimintai tanggapan Solopos.com via ponsel mengakui pernah terjadi persalinan warga di jalan. Tapi kejadian tersebut menurut dia sudah lama.

Ihwal layanan kesehatan oleh bidan di pustu menurut dia mutlak diberikan. Sesuai aturan, setiap bidan diminta mblabak di pustu tersebut. Dia akan mengklarifikasi hal tersebut terlebih dulu.

“Saya cek dulu. Segera kami tindak lanjuti. Karena tidak ada PKG [poliklinik kesehatan desa], bidan tinggal di pustu. Sesuai aturan mestinya bidang tinggal di situ. Makanya kami harus cek dan klarifikasi dulu,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya