SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Meski masih tergolek lemah di ranjang No.11 ruang pasca persalinan Mlati, RSUD Sleman, Jumat (5/8) siang, wajah Yuliana Suhartati, 35, tampak berbinar. Sembari sesekali mengatur posisi tidurnya, tangan kanan perempuan asal Bendo, Sendangsari, Minggir itu tak henti membelai tiga putra kembar yang dilahirkannya.

“Belum dikasih nama. Biar nanti dirembuk sama bapaknya,” ujar Yuli, sapaan akrabnya. Sementara dia meladeni pertanyaan wartawan, suaminya Sutrisno, 42, masih menyelesaikan urusan pekerjaannya sebagai buruh tani di kampung. “Kan harus kerja lebih keras untuk menghidupi empat putra kami,” katanya. Adapun anak pertamanya, Okta, sudah berusia lima tahun.

Promosi Riwayat Banjir di Semarang Sejak Zaman Belanda

Yuliana mengisahkan, dirinya sama sekali tidak menduga jika pada kehamilan keduanya, ia bakal dikaruniai tiga putra kembar. Sebab, selama hamil, dia merasa wajar saja, tidak pernah ada masalah. Dia baru menyadari saat menjalani tes USG di RSUD Sleman ketika kandungannya menginjak usia enam bulan. “Sebelumnya Okta sudah berfirasat kalau dia bakal punya adik banyak,” kata Yuli tersipu.

Lantaran salah satu bayi dalam janin Yuli posisinya sungsang, mau tidak mau tim medis RSUD harus melakukan operasi caesar dalam proses persalinannya. Proses persalinan berlangsung lancar selama satu jam. “Pasien dioperasi pada Kamis (4/8), pukul 15.30 dan selesai pukul 16.30 WIB,” terang Kepala pasca persalinan RSUD Sleman, Asri Wantiningsih.

Ketiga putra Yuli dinyatakan sehat dan normal dengan bobot masing-masing 2,35 kg, 2,5kg, dan 2,6 kg serta panjang tubuh 46 cm hingga 48 cm. Saat ini, bayi yang pertama lahir sudah bisa diberi ASI ekslusif. Adapun dua bayi lainnya belum merespons. “Tapi ini wajar. Tidak ada masalah. Semuanya sehat,” tandas Asri.

Menurut Asri, pasutri yang dikaruniai bayi kembar biasanya memang sudah memiliki keturunan genetik dari pendahulunya. Namun, Yuli mengaku keluarganya dan dari pihak suaminya tidak ada yang kembar. “Tetapi tidak tahu juga kalau nenek moyang kami ada yang kembar,” ujarnya terkekeh.

Beruntungnya Yuli sudah terdaftar dalam program Jaminan Persalinan (Jampersal). Sehingga, dirinya tidak perlu memikirkan besarnya biaya persalinan dengan operasi Caesar karena ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah. “Sekarang yang kami pikirkan biaya perawatannya kelak. Namun, kami yakin, Tuhan pasti punya rencana yang terbaik,” ucapnya.

Jika sudah pulih dan bisa pulang ke rumah, Yuli berniat turut membantu suaminya mencari tambahan nafkah untuk menghidupi anak-anaknya. “Mungkin bisa nyambi usaha kecil-kecilan di rumah sambil momong,” pungkas Yuli yang selama menikah tidak punya pekerjaan tetap.(Wartawan Harian Jogja/Dinda Leo Listy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya