SOLOPOS.COM - Ilustrasi Investasi (JIBI/Solopos/Antara)

Solopos.com,KUALA LUMPUR–Bursa Malaysia menggenjot penambahan investor individual dari negara lain guna meningkatkan dinamika perdagangan saham, dan salah satu yang dibidik Indonesia.

Chief Executive Officer Bursa Malaysia Berhad Dato’ Tajuddin Atan menguraikan pasar modal memang dituntut terintegrasi seiring pelaksanaan Asean Economic Community 2015. Oleh karena itu, Bursa gencar memperbanyak investor dari negara lain.

Promosi Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global

“Kami putuskan untuk mencari investor dari berbagai negara lain,” ujarnya dalam paparan soal peluang dan tantangan pasar modal Malaysia di Kuala Lumpur, Kamis (23/1/2014).

Bursa, sambungnya, secara rutin mengumpulkan manager investasi dari berbagai negara untuk mengenalkan Bursa Malaysia.

Senada dengan Dato’ Tajuddin, Director Securities Market Bursa Malaysia Ong Li Lee menambahkan populasi Malaysia hanya 29 juta orang sedangkan di Asean ada 600 juta orang.

“Kapitalisasi pasar Asean US$2,2 triliun sedangkan Malaysia tepat di tengah kawasan sehingga itu cukup strategis,” tambahnya.

Bursa Malaysia kini memiliki 910 perusahaan tercatat dengan kapitalisasi pasar seperempat dari nilai Asean. Jumlah itu menurutnya perlu lebih ditingkatkan lebih besar lagi guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

Berdasar catatan lembaga kajian ekonomi, Kenanga Research gross domestic product (GDP) alias produk domestik bruto Malaysia pada 2013 diperkirakan tumbuh 4,8% lebih rendah dari pertumbuhan periode sebelumnya 5,6%.

Sedangkan tahun ini diprediksi bisa tumbuh 5%-5,5% seiring pulihnya ekonomi global yang mendorong ekspor.

Kenanga mencatat perkembangan GDP negara lain, seperti Indonesia pada 2013 turun 5,6%, demikian halnya Thailand turun 2,7%. Sedangkan indikator yang sama untuk Jepang tumbuh 2,4% dan India tumbuh 4,8%.

Dalam kesempatan berbeda, Executive Vice President Investor Development, Securities Market, Bursa Malaysia Berhad Zul Mustafa menuturkan transaksi harian di Bursa tahun lalu RM2 miliar per hari. Dari jumlah itu transaksi korporasi sekitar 80%.

“Itu membuat likuiditas pasar ketat karena kebanyakan korporasi bisa menahan saham, bahkan ada yang 2 tahun. Sedangkan investor ritel hanya kecil jadi sulit saat perusahaan membutuhkan dana,” urainya.

Bila ditinjau dari kepemilikan rekening efek, kata dia, ada 3 juta penduduk Malaysia yang bisa melakukan transaksi mandiri di pasar. Namun, dari jumlah itu yang aktif melakukan transaksi hanya sekitar 1 juta orang.

Adapun investor perorangan dari negara lain menurutnya banyak yang berasal dari Thailand dan Singapura. Meski demikian Indonesia dinilai memiliki potensi besar sebagai pusat pemodal individual karena penduduknya mendekati 250 juta orang. Selain itu ada kalanya investor perlu diversifikasi portofolio.

“Agar pasar lebih atraktif maka investor individual harusnya 30%-35%,” urainya sembari menambahkan bila lebih dari jumlah itu maka stabilitas pasar juga bisa terganggu.

Soal kemudahan syarat untuk orang asing menjadi investor, Zul menegaskan tidak ada batasan semacam pajak tambahan bagi pemodal dari luar negeri.

“Perlakuannya sama, pajak deviden sudah ditanggung perusahaan, jadi apa yang orang Malaysia dapat sama bagi orang asing.”

Sejumlah ekonom dalam kesempatan yang sama berbeda pendapat soal sektor usaha apa yang paling prospektif di Malaysia. Alexander Chia Hock Lon, Kepala Riset RHB Invesment Bank menilai sektor pertambangan minyak dan gas, bank dan perkebunan cukup menjanjikan.

“Bank masih prospektif karena menurutnya selama ini undervalued bila dibandingkan secara regional, tapi kalau dibandingkan di dalam negara itu prospeknya bagus,” urainya.

Chief Market Strategist Jupiter Securites Benny Lee menilai investasi berprospek cerah di antaranya sektor pertambangan minyak dan gas dan perkebunan yang berkelanjutan. Hanya saja perkebunan yang prospektif tidak sekadar panen tapi juga menghasilkan barang olahan.

“Asean basisnya pertanian, tapi sektor ini diarahkan ke sektor industri, itu yang berkembang,” jelasnya.

Selain menyoroti tentang sektor potensial, Benny juga mengingatkan bahwa pertumbuhan indeks Bursa Malaysia 11% pada 2013 lalu bukan tanpa koreksi. Meski sempat mencatat indeks tertinggi 1.866 poin pada akhir tahun lalu tapi ada koreksi menjadi 1.813 poin pada Januari. Nilai moderat dari indeks menurutnya di kisaran 1.780 poin.

“Nilai itu relatif stabil bila dibandingkan indeks Philipina, Indonesia dan Thailand yang sempat terkoreksi setelah menikmati masa puncak April 2013 lalu,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya