SOLOPOS.COM - Para guru mengikuti Seminar Nasional bertema Membumikan Antiperundungan dan Perlindungan Guru dalam Mewujudkan Implementasi Kurikulum Merdeka di Sragen yang digelar di Gedung SMS Sragen, Selasa (6/12/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyebut ada tiga problem yang terjadi di dunia pendidikan, termasuk di Sragen. Tiga problem tersebut harus diantisipasi oleh guru melalui pendekatan persuasif dan keteladanan.

Yuni, sapaan akrabnya, menyebut tiga masalah di dunia pendidikan itu terdiri atas perundungan atau bullying, kekerasan seksual, dan intoleransi. Hal itu disampaikan Yuni saat menjadi narasumber Seminar Nasional bertajuk Membumikan Antiperundungan dan Perlindungan Guru dalam Mewujudkan Implementasi Kurikulum Merdeka di Sragen yang digelar di Gedung Sasana Manggala Sukowati (SMS) Sragen, Selasa (6/12/2022).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seminar itu menghadirkan sejumlah pembicara yakni Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto; Ketua PGRI Jawa Tengah, H. Muhdi; dan Ketua Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen, Suwardi. Seminar itu dihadiri sekitar 2.500 guru yang tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sragen.

Ekspedisi Mudik 2024

“Pertanyaannya sekarang, tiga masalah itu, yakni perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi, pernah terjadi di Sragen? Ayo saling mengoreksi diri, walaupun pahit. Ternyata jejak digital di Internet itu tidak hilang. Dari 20 contoh kasus, ternyata Sragen urutan kelima. Kejadian di Sragen pada 2020 lalu sempat menimbulkan kegemparan nasional, bahkan Kak Seto pun memberi atensi,” ujar Yuni.

Baca Juga: Lagi, Guru Bully Siswa Gara-Gara Tak Pakai Jilbab di Sragen, Nihil Solusi

Dia mengatakan sekarang si anak korban perundungan sudah lulus dari home schooling. Semua pihak sudah saling instropeksi tetapi kasusnya sudah menjadi berita nasional kala itu. Tahun 2021, menurutnya, tidak terjadi kasus serupa di Sragen. Di tahun ini muncul lagi kasus perundungan dan intoleransi, yakni di SMAN 1 Sumberlawang.

“Saya minta setiap guru bisa instropeksi diri. Saya minta tidak ada lagi kasus tentang tiga problem pendidikan itu di Sragen, siap?” tanya Yuni yang dijawab dengan kata “siap” secara serentak.Dia juga menekankan pentingnya pendidik bisa memberikan keteladanan kepada anak didiknya.

5 Jenis Bullying

Sementara itu, Ketua KPAI, Susanto, menyampaikan ada banyak faktor yang membuat anak jadi korban perundungan. Misalnya gara-gara seragamnya lusuh, sepatu jelek, orang tua pelaku kriminal, status orang tua dan lainnya. Dia mencontohkan ada anak tukang becak dan di sekolah si anak dijuluki sebagai tukang becak.

Baca Juga: Guru Bully Siswi di Sragen, Ironi Sekolah Anti Perundungan

“Kata kunci perundungan itu ada tiga, yakni kesengajaan, dilakukan berulang-ulang, dan pelaku masih berusia anak. Kalau pelakunya sudah dewasa maka bukan bullying, tetapi kategori kekerasan. Ada lima jenis bullying, yakni fisik, verbal, mental/psikologis, seksual, dan cyber bullying atau bullying yang dilakukan di media sosial,” katanya.

Secara naluriah, sambung Susanto, anak butuh dihargai oleh siapa pun. Sehingga wajar apabila anak merespons negatif saat dihina. Anak yang sering diejek atau direndahkan maka berpotensi menjadi pelaku bullying.

Kepala Disdikbud Sragen, Suwardi, mengatakan antiperundungan memang dipilih menjadi tema seminar karena guru merasa waswas ketika menasihati siswa dianggap perundungan. “Kekhawatiran guru itulah kemudian muncul ide seminar ini agar guru memiliki pemahaman yang sama tentang perundungan itu sehingga tidak waswas lagi,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya