SOLOPOS.COM - Ilustrasi Ki Ageng Pandanaran atau seorang Bupati Semarang pada Masa kesultanan Demak yang pernah menjadi pemimpin tamak dan egois. (Youtube—Dongeng Kita)

Solopos.com, SEMARANG — Ki Ageng Pandanaran dikenal dalam catatan budaya Jawa dikenal sebagai bupati Semarang pada masa kesultanan Demak. Namun dalam masa jabatannya, ada kalanya ia menjadi pemimpin yang tamak dan egois. Benarkah demikian?

Seperti yang dihimpun Semarangpos.com dari Youtube channel Dongeng Kita, Senin (8/6/2020), Ki Ageng Pandanaran dikenal juga sebagai penyebar agama Islam di Semarang. Lelaki yang dikenal juga sebagai Sunan Tembayak itu merupakan anak dari Harya Madya Pandan atau bupati pertama di Semarang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Setelah sang ayah wafat, ia pun menggantikan diri menjadi seorang pemimpin. Pangeran Mangkubumi adalah nama asli lelaki tersebut. Setelah ia diangkat menjadi bupati oleh Sultan Trenggono–seorang pemimpin kesultanan Demak—barulah ia mendapat gelar Ki Ageng Pandanaran.

Gudang Ban Terbakar di Kudus, 11 Mobil PMK Dikerahkan

Menurut cerita yang tersebar, gelar tersebut dicetuskan oleh Sunan Kalijaga dan Jaka Tingkir yang saat itu menjadi seorang penasihat kesultanan. Semasa kepemimpinannya, ia berhasil membuat Semarang menjadi kota yang sejahtera.

Ia membangun rumah ibadah dan melanjutkan penyebaran agama Islam di penjuru kota. Tugasnya sebagai seorang bupati ia lakukan dengan sepenuh hati. Namun, Ki Ageng Pandanaran juga sama dengan manusia pada umumnya.

Ia tergoda dengan kekuasaan dan harta yang ia miliki saat itu. Terbesit perasaan jahat seperti ketamakan dan keegoisan dalam di bupati itu.

Polisi Jamin Nasi Korban Rob di Pekalongan

Suatu hari, datanglah seorang lelaki tua dengan pakaian compang-camping menawarkan rumput untuk kudanya. Karena sedang dalam suasana yang gembira, ia dengan senang hati menyuruh lelaki tua itu untuk memberikan makan peliharaannya.

Ditolak Penjual Rumput

Benar saja, kuda-kuda miliki Ki Ageng Pandanaran makan dengan lahap. Melihat hal itu, si bupati memberikan tawaran pekerjaan kepada lelaki tua itu. Namun, si penjual rumput langsung menolak dengan alasan, ia lebih kaya ketimbang Pandanaran.

Mendengar jawaban si penjual rumput, Bupati Semarang itu langsung murka. Dengan sombong ia menyuruh lelaki tua itu untuk menunjukkan kekayaannya.

Ekspor & Impor Jateng Sama-Sama Susut

Tanpa banyak bicara, si penjual rumput langsung mencangkul tanah. Ajaibnya, setiap selesai mencangkul, selalu keluar bongkahan emas dari dalam tanah. Melihat itu Pandanaran terkejut dan penasaran dengan sosok tersebut.

Begitu si penjual rumput menunjukkan dirinya, Pandanaran semakin kaget. Ia langsung bersimpuh begitu tahu jika sosok dibalik lelaki tua itu adalah Sunan Kalijaga. Dirinya meminta maaf karena tidak mengenali penasihat kesultanan itu.

Setelah diberi wejangan oleh Sunan Kalijaga, terbukalah hati Ki Ageng Pandanaran dan menjadi pemimpin yang berhati mulia kembali. Ia menggunakan jabatan yang diberikan oleh Kesultanan Demak dengan sebaik mungkin tanpa rasa tamak dan egois.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya