Solopos.com, PEMALANG – Jaran Ebeg merupakan bentuk kesenian tari yang berkembang di kawasan Jawa Tengah bagian barat, seperti Kabupaten Pemalang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Probolinggo dan kawasan lainnya. Kesenian tari ini mirip dengan tarian menunggang Jaran atau kuda layaknya kuda lumping yang menggambarkan kegagahan yang diperagakan oleh pemain.
Melalui unggahan video di laman Instagram @pemalang.update, Minggu (20/6/2021), Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pemalang Mukti Agung Wibowo dan Mansur Hidayat memainkan kesenian Jaran Ebeg saat melakukan kunjungan di Desa Cikendung, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Kedua pasangan kepala daerah ini terlihat lincah memainkan kesenian tradisional tersebut. Penampilan dua pasangan kepala daerah ini merupakan wujud apresiasi kebudayaan Pemalang yang masih bertahan hingga saat ini di tengah-tengah pengaruh budaya modern.
Baca Juga : Sadis! Wanita Tua Ini Diperlakukan Kasar Oleh Anaknya Sendiri
Mengutip Detik.com, kesenian Jaran Ebeg merupakan salah satu budaya asli Jawa yang hingga kini masih berkembang di Kabupaten persinggahan di kawasan pantura tersebut. Salah satu pelaku dan pengrajin kesenian Jaran Ebeg asal Kabupaten Pemalang, Syahroni, mengatakan untuk membuat boneka jaran atau kuda dalam kesenian Jaran Ebeg dibutuhkan keahlian dan bahan khusus.
Bahan dasar boneka jaran atau kuda menggunakan kayu yang diambil dari pekarangan angker di lereng Gunung Slamet. Hal ini dikatakan untuk mempermudah memanggil roh halus untuk membuat pertunjukan Jaran Ebeg lebih mulus dan lancar.
Sebelum membuat Jaran Ebeg, Syaroni dan timnya harus melakukan ritual berpuasa terlebih dahulu selama tiga hari. Secara teknis, pembuatan Jaran Ebeg ini sama seperti pembuatan kuda lumping pada umumnya, yaitu dengan cara pengayaman dan kemudian pewarnaan supaya lebih menarik dan artistik.
Baca Juga: Tradisi Gendong Manten dan Buang Unggas Juga Ada di Pantura
Dalam permainannya, penari harus melakukan beberapa gerakan atraksi di atas boneka Jaran Ebeg tersebut. Karena mengandung unsur magis yang kuat, tak heran para penari sering mengalami kesurupan, bahkan bisa melakukan gerakan-gerakan ekstrim yang melampaui batas kemampuan aslinya.
Mengutip Purbalinggakab.go.id, kesenian Jaran Ebeg ini memiliki filosofi kuat karena kesenian ini merupakan ajaran luhur yang dikemas oleh salah satu walisongo, Sunan Kalijaga, untuk menjadikan manusia lebih manusiawi.
Kesenian Jaran Ebeg secara keseluruhan merupakan gambaran jika seseorang berjalan tidak pada jalurnya akan jatuh dan terhantam. Maka dari itu perlu adanya Jaran atau kuda yang dianggap sebagai penuntun jalan seseorang. Jaran atau kuda sendiri adalah simbol dari sebuah ajaran dan ajaran itu adalah Islam