SOLOPOS.COM - Bupati Boyolali M Said Hidayat (kedua dari kanan) bersama Wakil Bupati Klaten Yoga Hardaya (kedua dari kiri) berziarah ke Makam Sunan Pandanaran di Bayat, Klaten, Rabu (31/5/2023). (Istimewa/Bagian Prokopim Klaten)

Solopos.com, KLATEN — Bupati dan jajaran Forkopimda Boyolali berkunjung dan ziarah ke Makam Ki Ageng Pandanaran atau yang dikenal dengan nama Sunan Pandanaran di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten, Rabu (31/5/2023).

Ziarah tersebut sebagai rangkaian peringatan Hari Jadi ke-176 Kabupaten Boyolali pada 5 Juni. Pada kesempatan itu, rombongan Forkopimda Boyolali disambut Wakil Bupati Klaten, Yoga Hardaya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Yoga mengatakan ziarah itu menjadi momentum untuk berkomitmen meneladani keluhuran akhlak dan membudayakan nilai-nilai mulia yang diajarkan Sunan Pandanaran. Ia menegaskan kegiatan itu tak sekadar seremonial, tapi juga momen untuk berkomitmen meneruskan perjuangan Sunan Pandanaran.

“Sekiranya kesempatan ini bisa dijadikan sebagai forum silaturahmi dan saling bertukar pendapat untuk mengatasi setiap permasalahan dalam berbagai program pembangunan,” kata Yoga dalam keterangan tertulis yang diterima Solopos.com dari Bagian Prokopim Setda Klaten, Kamis (1/6/2023).

Ekspedisi Mudik 2024

Yoga berharap ziarah ke Makam Sunan Pandanaran itu sekaligus menjadi momentum untuk mewujudkan sinergitas dan hubungan kerja sama antara Kabupaten Klaten dengan Kabupaten Boyolali agar semakin meningkat lebih baik.

“Semoga ke depan persaudaraan dan tali silaturahmi antara Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali senantiasa terjaga serta selalu bersinergi untuk kemajuan bangsa,” kata dia.

Sementara itu, Bupati Boyolali, M Said Hidayat, memimpin rombongan Forkopimda Boyolali. Rombongan meniti ratusan anak tangga menuju tempat peristirahatan terakhir Ki Ageng Pandanaran yang juga dikenal sebagai Sunan Pandaranan.

Setiba di lokasi makam, rombongan memanjatkan doa yang diawali dengan zikir dan tahlil di Makam Ki Ageng Pandanaran. Kegiatan ziarah ke makam Sunan Pandanaran Klaten itu rutin dilakukan Pemkab Boyolali.

Sejarah Boyolali

Suatu wilayah yang kini bernama Boyolali tak bisa dilepaskan dari peran Ki Ageng Pandanaran. Menurut legenda, nama Boyolali berhubungan dengan cerita perjalanan spiritual Ki Ageng Pandanaran yang sebelumnya menjadi Bupati Semarang pada abad XVI.

Mengutip sejarah Boyolali dalam artikel di laman resmi Pemkab Boyolali, boyolali.go.id, Ki Ageng Pandan Arang atau Pandanaran I yang lebih dikenal dengan Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh Sunan Kalijaga sebagai wali penutup menggantikan Syeh Siti Jenar.

Oleh Sunan Kalijaga, Ki Ageng diutus ke Gunung Jabalakat di Tembayat yang kini menjadi Kecamatan Bayat, Klaten, untuk siar agama Islam. Dalam perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat, Ki Ageng banyak menemui rintangan sebagai ujian.

Ki Ageng berjalan cukup jauh meninggalkan anak dan istri. Ketika berada di hutan belantara, Ki Ageng Pandanaran bertemu tiga perampok yang mengira ia membawa harta benda. Ternyata dugaan itu keliru hingga tempat tersebut dikenal dengan nama Salatiga.

Perjalanan diteruskan hingga sampai di suatu tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu ampel. Tempat itu sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan di Boyolali.

Di tengah perjalanan, Ki Ageng beristirahat pada sebuah batu besar yang berada di tengah sungai sambil menunggu anak dan istrinya. Dalam istirahatnya Ki Ageng mengucapkan bayawis lali wong iki? atau sudah lupakah orang ini? Dari kalimat tersebut menjadi nama Boyolali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya