SOLOPOS.COM - Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sragen, Ihsan Muhadi. Foto diambil Selasa (8/11/2022). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SRAGEN — Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Sragen berharap kasus kekerasan terhadap santri yang terjadi di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Masaran, Sragen, menjadi yang terakhir di Sragen. Kemenag akan melakukan pembinaan dengan melakukan roadshow ke 136 ponpes yang ada di Bumi Sukowati untuk memastikan peristiwa serupa tak terulang.

Hal itu disampaikan Kepala Kantor Kemenag Sragen, Ihsan Muhadi, Rabu (23/11/2022). Ia mengaku sebenarnya sudah mengetahui kabar  meninggalnya santri Daffa Washif Waluyo, 14, pada Minggu (20/11/2022) pagi. Kemenag saat itu berencana datang ke ponpes pada malam harinya. Tetapi para pengasuh ponpes masih mengurus jenazah Daffa di RSUD dr. Moewardi Solo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Baru pada Senin (21/11/2022) pagi, kami datang ke ponpes dan bertemu dengan ustaz ponpes untuk meminta konfirmasi atas berita tersebut. Ya begitulah kejadiannya,” ujarnya.

Ihsan mengaku di beberapa pertemuan dengan ponpes Kemenag sudah berkali-kali mengingatkan soal larangan bullying di sekolah. Setiap ada kegiatan di ponpes selalu diingatkan untuk menjaga lembaga pendidikan dengan terjaminnya keamanan dan kesehatan santri, termasuk para santri terhindar dari bullying.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Senior Pelaku Penganiayaan di Ponpes Sragen Ditetapkan Sebagai Tersangka

Ihsan merencanakan untuk roadshow kunjungan ke ponpes-ponpes dengan skala prioritas. Saat kunjungan ke ponpes, kata dia, Kemenag bisa berbincang, berdiskusi, serta memberi masukan dalam forum.

Dia mengatakan saat menerima pembinaan itu kadang-kadang ada yang mendengarkan dan ada juga yang tidak mendengarkan. “Rencana ke depan, kami terus roadshow secara berkala ke ponpes dengan prioritas ke ponpes dengan siswa yang banyak dulu. Kami sudah memetakan 136 ponpes di Sragen,” ujarnya.

Dia menyatakan sudah tidak zamannya lagi memberikan sanksi fisik. Menurutnya lebih baik dengan menghafal Al-Qur’an atau menulis setengah juz dan seterusnya. Dia yakin pihak Ponpes Ta’mirul Islam sebenarnya juga tidak membolehkan adanya hukuman fisik. Akan tetapi, mereka tak bisa sepenuhnya mengawasi anak-anak yang kadang bertindak di luar kendali.

Baca Juga: Kasus Penganiayaan Santri di Sragen, Ponpes Minta Maaf dan Pelaku Dikeluarkan

“Saya kira pimpinan ponpes memahami semua tentang hal ini. Kasus di Masaran itu diharapkan menjadi kasus terakhir dan jangan sampai terjadi lagi karena kasus bisa membawa nama lembaga ponpes di Sragen dan nama Kabupaten Sragen. Kami juga mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga santri yang meningal dunia,” katanya.

Maklumat Ponpes Ta’mirul Islam

Sementara itu, piminan Ponpes Ta’mirul Islam Surakarta, Mohammad Halim, dalam maklumat yang dikeluarkan pada Selasa (22/11/2022), menjelaskan sesungguhnya kekerasan di Ponpes Ta’mirul Islam dalam bentuk apa pun, baik penegakan disiplin atau pemberian hukuman dilarang.

Adapun kekerasan yang terjadi, tulisnya, adalah sebuah penghianatan terhadap amanat yang kami berikan dan tindakan kekerasan yang berujung pada wafatnya santri dilakukan oleh satu orang.

Baca Juga: Sedih.. Santri Meninggal karena Dianiaya Senior di Sragen Ternyata Anak Tunggal

“Kami berkomitmen kuat untuk menyelesaikan kasus ini sampai tuntas dengan mengikuti setiap proses hukum yang ada bersama dengan keluarga almarhum dan aparat kepolisian. Sebagai bentuk komitmen itu, telah dilakukan pemeriksaan dan penyelidikan oleh Polres. Atas namas Pimpinan Ponoes Ta’mirul Islam, kami mengucapkan terima kasih kepada Kapolres Sragen dan jajarannya,” tulisnya dalam maklumat itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya