SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p lang="zxx"><strong>Solopos.com, SOLO &ndash;</strong> Semua orang tua tentu menganggap anak mereka cerdas dan jenius. Betapa tidak, ada berbagai perkembangan kemampuan dalam diri sang anak yang setiap hari disaksikan oleh orang tua. Baik dalam hal berbicara, bernyanyi, menggambar, berhitung, atau aktivitas lainnya. Padahal, kebanyakan anak baru bisa disebut cerdas dan berbakat di usia sekolah.</p><p lang="zxx">Salah satu bukti nyata kecerdasan seorang anak dilihat dari ranking yang tertulis di dalam rapor. Lembaran kertas tersebut berisi nilai hasil belajar seorang anak selama satu semester. Nilai itu didapatkan dari berbagai macam tes yang diikuti sang <a href="http://lifestyle.solopos.com/read/20180413/485/909533/tips-asuh-anak-3-manfaat-squishy-fidget-spinner-buat-si-kecil">anak</a>.</p><p lang="zxx">Tapi, adanya rangking di dalam rapor seringkali membuat anak da orang tua stres. Orang tua biasanya akan sedih melihat nilai dan rangking anaknya yang tertinggal jauh dari teman-temannya. Sementara sang anak biasanya merasa takut dimarahi jika nilainya tidak memuaskan. Alhasil, saat ini ada sejumlah sekolah yang tidak memasukkan rangking dalam rapor.</p><p lang="zxx">Padahal, banyak orang beranggapan rangking di rapor bermanfaat mengetahui sampai di mana level kecerdasan si <a href="http://lifestyle.solopos.com/read/20180412/485/909514/tips-asuh-anak-begini-cara-agar-anak-mau-berjilbab-sejak-dini">anak</a>. Apabila tidak ada rangking, bagaimana cara orang tua tahu prestasi anaknya? Meski terbilang sepele, rangking yang tertulis di dalam rapor cukup dilematik.</p><p lang="zxx">Rapor adalah laporan hasil pembelajaran seorang siswa selama satu semester. Jadi, jangan artikan rapor sebagai hasil akhir yang menjadi penentu kecerdasan apalagi kesuksesan seseorang. Nah, bagi para orang tua yang sebentar lagi mengambil rapor anak agaknya perlu melakukan beberapa langkah seperti dihimpun <em>Solopos.com </em>dari <em>Mental Help </em>dan <em>Fun Education</em>, Kamis (31/5/2018), di bawah ini:</p><p lang="zxx"><strong>Tanyakan nilai anak kepada guru </strong></p><p lang="zxx">Tanyakan hasil belajar <a href="http://lifestyle.solopos.com/read/20180317/485/902864/tips-asuh-anak-moms-terapkan-5-hal-ini-agar-anak-tak-hilang-di-keramaian">anak</a> kepada guru. Tanyakan juga soal tingkah lakunya selama di sekolah. Sebab, tingkah laku merupakan cerminan dari kecerdasan mental yang memengaruhi kemampuan kognitif menyerap pelajaran dari guru.</p><p lang="zxx"><strong>Cek nilai tertinggi di rapor </strong></p><p lang="zxx">Lihat nilai tertinggi yang diperoleh sang buah hati. Berikan pujian dan ucapan selamat atas prestasinya. Dengan demikian, anak akan merasa lega dan tidak terbebani jika ada nilai yang kurang memuaskan.</p><p lang="zxx"><strong>Tanyakan mata pelajaran yang paling sulit kepada anak</strong></p><p lang="zxx">Selanjutnya, tanyakan mata pelajaran apa yang dianggap sulit oleh si buah hati. Dengan demikian, Anda bisa memetakan kecenderungan kecerdasan anak berdasarkan kemampuan analisis otak kanan dan kiri. Anak-anak yang menganggap gampang pelajaran matematika, fisika, kimia, biologi, serta teknik, cenderung lebih dominan menggunakan otak kiri. Sementara anak-anak dengan kemampuan berpikir dominan dengan otak kiri biasanya lebih menyukai pelajaran seni, bahasa, dan ilmu pengetahuan sosial (IPS).</p><p lang="zxx">Setelah memahami kecerdasan anak, giliran orang tua memberikan motivasi. Sebagai orang tua, tidak bijak apabila Anda memaksa anak mempelajari sesuatu yang dianggap sulit. Selain kasihan, keterpaksaan tidak akan membuat anak lebih cerdas, melainkan jadi beban.</p><p lang="zxx"><strong>Jangan membandingkan nilai anak dengan temannya </strong></p><p lang="zxx">Selanjutnya, jangan pernah membanding-bandingkan kemampuan sang buah hati dengan teman-temannya. Anda harus menyadari bahwa kemampuan sang buah hati berbeda dengan anak lain. Jadi, lebih baik Anda memberinya motivasi agar lebih giat dalam belajar.</p><p lang="zxx"><strong>Jangan menuntut anak dapat rangking pertama </strong></p><p lang="zxx">Yang terpenting, jangan pernah menuntut anak mendapatkan rangking pertama. Hal ini akan menjadi beban yang merenggut masa-masa indah si kecil. Tuntutan itu bisa saja membuat si buah hati depresi hingga akhirnya terasing dari lingkungan sosialnya.</p><p lang="zxx">&nbsp;</p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya