SOLOPOS.COM - Kantor Perusahan Daerah (PD) Aneka Dharma yang terletak di Jalan Jendral Sudirman No.36, Kecamatan Bantul, Bantul. Senin (26/9/2016). (Irwan A. Syambudi/JIBI/Harian Jogja)

BUMD Bantul mengenai aktivitas pencairan dana tanpa persetujuan dewan pengawas

Harianjogja.com, BANTUL — Perlahan, polemik finansial di lingkungan internal Perusahaan Daerah (PD) Aneka Dharma mulai terkuak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari hasil inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan oleh Komisi B DPRD Bantul di kantor perusahaan pelat merah tersebut, Rabu (3/5/2017), diketahui sejumlah fakta cukup mencengangkan. Di antaranya, penggunaan dana penyertaan modal sebesar Rp1 miliar yang dikucurkan pada akhir 2012 silam oleh sejumlah oknum yang termasuk dalam jajaran direksi PD Aneka Dharma sendiri.

Baca Juga : Terkuak, Dua Direksi Lama Cairkan Dana Tanpa Seizin Pengawas

Direktur PD Aneka Dharma Aditya Hera Nurmoko membenarkan adanya pencairan dana oleh jajaran direksi tersebut. Diakuinya, pencairan itu kini sudah dimasukkan ke dalam piutang perusahaan. Bahkan, ia mengklaim, kedua jajaran direksi itu pun bersedia mengembalikannya.

Dari hasil rapat auditor yang dipresentasikannya ke hadapan Komisi B DPRD Bantul, pihaknya memang menyebutkan adanya pengambilan dana tersebut. Bahkan hasil rapat audit itu pun memrekomendasikan bahwa pengambilan dana itu belum bisa dipertanggungjawabkan.

Selain itu, Aditya menambahkan, ada pula catatan hasil rapat yang menyebutkan adanya penarikan oleh salah satu direksi lama sebesar Rp800 juta. Dana itu diambil dari anggaran penyertaan modal yang diberikan Pemkab Bantul 2012 silam sebesar Rp1 miliar.

Dari total Rp800 juta yang ditarik itu, oleh salah satu direksi itu Rp700 juta di antaranya ditransfer ke rekening BPR Bank Bantul. Sedangkan sisanya disetorkan tunai untuk investasi deposito di bank yang sama.

“Sedangkan transfer dana penyertaan modal itu ada di Bank BPD,” kata Adit, sapaan akrab Aditya.

Sementara saat ditanya kondisi keuangan PD Aneka Dharma sendiri, Adit mengaku kini tengah berada di titik nadir. Sisa dana penyertaaan modal, kini hanya sekitar Rp100 juta saja. Padahal saat dilakukan audit di tahun 2016 lalu, jumlah sisa modal mencapai Rp582 juta.

“Selain untuk membayar berbagai tanggungan piutang, sisa dana penyertaan modal juga dimanfaatkan untuk menutup biaya operasional. Seperti membayar gaji seluruh karyawan. Jadi sekarang jumlahnya hanya tinggal Rp100 jutaan saja,” kata dia, Rabu (3/5/2017).

Dengan kondisi seperti ini, Adit hanya berharap proses Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) bisa segera selesai. Dengan tujuan agar salah badan usaha milik daerah yang saat ini fokus menggarap usaha percetakan, alat kebersihan rumah sakit, fotokopi dan mini market ini segera menatap bisnis usaha baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya