SOLOPOS.COM - Alat Musik Bumbak (Facebook / Pantai Widuri Pemalang)

Solopos.com, PEMALANG — Selain dikenal sebagai jalur transit di pesisir utara Pulau Jawa, rupaya Pemalang memiliki kesenian khas yang tidak kalah unik. Seni tradisi Bumbak merupakan kesenian dari Desa Pulosari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.

Tepatnya, Bumbak adalah kesenian tradisional dari lereng Gunung Slamet sisi utara dan belum banyak orang yang tahu tentang kesenian ini. Seni Bumbak sendiri tidak bisa lepas dari inisiatornya, yaitu Mbah Slamet.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Mbah Slamet merupakan lelaki paruh baya yang menekuni kesenian Bumbak ini. Dirinya juga putra asli dari Desa Pulosari dan dirinya sangat mengaggumi dan menghargai peninggalan leluhurnya, salah satunya adalah seni Bumbak ini.

Baca Juga : Sejarah Bergejolak Melawan Kolonial Ada di Grobogan

Menurut Mbah Slamet, nama kesenian Bumbak ini berasal dari dua silabel, yaitu ‘Bum’ atau ‘Bung,’ yang berarti bambu, dan ‘Bak,’ suara yang dihasilkan dari pukulan pada alat musik bambu tersebut.

Berdasarkan pantauan Solopos melalui video yang diunggah di Facebook melalui akun Pantai Widuri Pemalang, pada 11 Mei 2021, alat musik Bumbak ini dibuat dari bambu, namun proses pembuatannya tidak sederhana karena memerlukan ritual khusus untuk menghasilkan Bumbak yang baik

Dalam video tersebut, Mbah Slamet mengatakan bahwa kayu yang digunakan sebagai bahan dasar instrument tradisional ini adalah kayu dari Arab. Mbah Slamet juga menunjukan bahwa ada tulisan Bahasa Arab yang terukir secara alami, bukan dibuat-buat.

Baca Juga : Inilah Cerita di Balik Nama Desa Gajahmati di Pati

Melalui seni Bumbak ini, Mbah Slamet mengisahkan bahwa musik yang sekarang digunakan sebagai pakem musik tradisional asli Pulosari dikembangkan dari berbagai lirik  dan dari jaman ke jaman. Salah satunya di jaman perwalian, seperti lagu dari Kanjeng Sunan Kalijaga.

Dalam video yang diunggah di Facebook itu, Mbah Slamet memainkan alat musik Bumbak yang sekilas terdengar seperti alunan musik berciri khas Langgam Jawa yang dapat dikolaborasikan dengan lagu-lagu campursari dan keroncong, sertajenis musik tradisional lainnya.

Karena mengandung unsur spiritualitas yang tinggi, maka dalam  memainkan alat musik Bumbak ini, Mbah Slamet sering melantunkan sholawat dan kidung.

Baca Juga : Nama Gemblegan Solo Disebut Berasal Dari Raja Judi, Sejarawan: Itu Ngawur!

Ajaran spiritualitas yang disampaikan melalui alat musik ini sangat tinggi, salah satunya yang dikatakan Mbah Slamet, yaitu “Tiang gesang ning alam dunyo mergo Illahi nanging kudu emut karo leluhur sing wes gawe adab peradaban nang alam iki senajan wes balik karo Kanjeng Gusti Allah.”

Proses panjang bertahun-tahun, Mbah Slamet ingin mewujudkan cita-cita leluhur untuk memperkenalkan musik tradisional Pulosari ke masyarakat, khususnya warga yang ada di Kecamatan tersebut.

Hingga saat ini, Mbah Slamet terus mengajarkan kesenian Bumbak ke sebagian masyarakat yang peduli  dengan peninggalan sejarah leluhur. Ini merupakan hasil yang dia dapat dari ketekunan yang dia lakukan dalam pelestarian budaya.

Tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana generasi muda dapat meneruskan pelestarian seni budaya ini di tengah-tengah gaya hidup digital yang semakin canggih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya