SOLOPOS.COM - Mantan pemain bulutangkis Indonesia Chandra Wijaya. Ist/tempo.co

Solopos.com, JAKARTA — Mantan atlet nasional Chandra Wijaya berbicara soal peluang para atlet bulutangkis Indonesia di Asian Games tahun ini. Menurutnya, kesempatan para juniornya untuk berprestasi di ajang multicabang se-Asia itu sangat besar.

“Atlet yang dikirim ke sana (Asian Games) adalah atlet yang sudah cukup pengalaman sehingga sudah seharusnya mereka menunjukkan hasil yang maksimal,” kata Chandra di restoran Lagunas, Senayan, Jakarta, Rabu (17/9/2014).

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Peraih medali emas Olimpiade Sydney 2000 ini seperti dilansir detisksport menambahkan bukan masalah kalah menangnya, melainkan kesempatan untuk berprestasi yang bisa dibilang sangat besar. Hal ini bukan tanpa alasan mengingat segala fasilitas yang dimiliki dan dinikmati para atlet sekarang sudah jauh lebih mumpuni.

Ia mengibaratkan atlet pelatnas sekarang seperti raja. “Apa yang sudah diberikan oleh pengurus, segala fasilitas dan kebutuhan mereka sudah cukup maksimal. Ibaratnya sudah seperti raja. Tinggal bagaimana si atlet menyadari apa yang menjadi tanggung jawabnya atas fasilitas tersebut,” urainya.

Dengan demikian, lanjut dia, tidak ada lagi alasan kalah karena kurang maksimal atau tidak ada persiapan.

“Mereka ini sudah jauh lebih enak ketimbang kami para seniornya jaman dulu. Makanya sekarang tinggal dari pengurusnya untuk mempertimbangkan kembali tanggung jawab yang diberikan. Artinya harus ada tanggung jawab yang lebih keras dan konsekuensi yang harus atlet tanggung atas apa yang mereka lakoni.”

Ia mencontohkan kasus Ryan Agung Saputro/Angga Pratama. “Mohon maaf saya memberi masukan ini. Tapi jika ditarik mundur ke belakang, kenapa mereka tidak berprestasi? Padahal secara teknik seharusnya tidak kurang, secara mental juga. Ini bisa ditarik persoalannya di mana. Mungkin karena fasilitasnya terlalu enak misalnya. Nah itu coba dikurangi, ya bukan berarti tidak diberi tapi diminimalkan,” jelasnya.

Makanya, meski mereka (Ryan/Angga) nantinya bisa juara Asian Games. Menurut Chandra, hal itu bukan suatu yang mengejutkan tapi memang sudah selayaknya.

“Usia mereka ‘kan 25-26 . Bayangkan, saya usia segitu sudah juara Olimpiade lho, saya usia 21 tahun sudah juara dunia. Mereka juara grand prix saja belum,” bebernya.

Diakuinya, memang ada kemunduran dalam hal teknis dan sisi mentalitas para atlet bulutangkis. “Mungkin pengurus saat ini memang tengah lengah atau kendor sehingga standarisasi kualitas bermain ikut menurun,” ujarnya.

Namun meski begitu, ia tetap berharap hasil yang terbaik pada Asian Games nanti. Karena secara teknik sebenarnya Indonesia tidak kalah dari negara-negara lainnya seperti China dan Jepang.

“Tinggal cara bermain yang harus lebih taktis dan strategis. Jadi harus betul-betul dipersiapkan lagi lebih tajam, bermain seperti apa, dan bagaimana mempertahankan konsitensi permainannya. Disamping fisik yang juga harus lebih stabil.”

Di Asian Games nanti, bulutangkis akan bergulir mulai 20-29 September di Gyeyang Gymansium, Incheon. PP PBSI menargetkan dua emas dari nomor ganda campuran dan ganda putra. (JIBI/SOLOPOS)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya