SOLOPOS.COM - Ilustrasi gudang beras milik Bulog.(JIBI/Solopos/Antara/Basri Marzuki)

Bulog meningkatkan kapasitas penyerapan gabah hasil produksi pertanian Jateng.

Semarangpos.com, SEMARANG — Perum Bulog Divre Jateng berupaya meningkatkan kapasitas penyerapan gabah petani terutama pada musim panen tahun 2017 ini guna mengamankan harga hasil produksi pertanian Jateng.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Perum Bulog Divre Jateng, Djoni Nur Ashari di Kota Semarang, Senin (22/5/2017), mengatakan sejumlah upaya dilakukan untuk meningkatkan penyerapan gabah petani antara lain dengan membangun lima unit gudang penyimpanan beras dengan kapasitas total 8.000 ton. Kelima unit gudang penyimpanan tersebut berlokasi di Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara dengan kapasitas 1.000 ton, di Bawen Kabupaten Semarang (500 ton), Telukan Kabupaten Sukoharjo (3.500 ton), Gedong Kabupaten Wonogiri (80 ton) dan Klaten (1.000 ton).

“Jadi tidak benar jika dikatakan kalau Bulog tidak mau menyerap gabah petani. Bahkan kami berupaya menambah tingkat penyerapan,” katanya ketika menerima media saat “Presstour Bulog 2017”.

Menurut dia, saat ini Bulog Jateng memiliki 157 unit gudang penyimpanan yang tersebar di 44 lokasi dengan kapasitas penyimpanan 431.000 ton, 22 unit pengolahan gabah dan beras, 13 mesin pengering, serta mesin mesin pemanen. Di sisi lain, ada pula 363 mitra pengadaan gabah dan 18 satuan kerja Bulog.

“Bulog juga menyewa gudang sebanyak 30 unit di Demak dan Grobogan untuk meningkatkan penyerapan gabah petani. Ini menunjukkan komitmen Bulog untuk menyerap gabah petani,” katanya.

Djoni mengatakan, khusus Bulog Jateng pada tahun ini target pengadaan gabah petani adalah 602.000 ton setara beras yang hingga 18 Mei 2017 baru terealisasi 188.000 ton. Diakuinya, realisasi penyerapan gabah petani pada Januri-Mei 2017 itu lebih rendah ketimbang periode sama 2016 yang mencapai 236.483 ton karena pada April 2016 lalu merupakan puncak musim panen raya.

Tahun ini, lanjutnya, musim tanam maju sehingga panen juga maju, yakni pada akhir Februari- Maret dan berakibat penyerapan tinggi terjadi pada bulan itu, sedangkan April mulai menurun. “Dengan kondisi tidak ada panen, harga gabah di lapangan menjadi tinggi kalau kami paksakan menyerap [sesuai HPP] maka akan mendapatkan gabah dengan kualitas tidak bagus, kalau kualitas jelek nanti dikeluhkan penerima raskin,” katanya.

Pada Mei tahun 2017 ini, ujarnya, penyerapan mulai stabil kembali yakni sekitar 2.500 ton/hari-3.000 ton/hari. “Diharapkan pada Juni-Juli nanti terjadi peningkatan penyerapan karena saat ini memasuki musim panen, sehingga bisa memenuhi target,” ujarnya.

Baik pada saat panen raya maupun tidak, tatkala kondisi harga gabah petani jatuh di bawah harga pembelian pemerintah (HPP), maka Bulog wajib membeli gabah petani. Apalagi, tambahnya, dengan keluarnya Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 3/2017 yang menyebutkan Bulog wajib membeli gabah petani dengan kadar air hingga maksimum 30%, sedangkan sebelumnya bisa menyesuaikan dengan rafaksi kadar air.

“Sekarang semua wajib dibeli Bulog sesuai harga HPP Rp3.700/kg gabah kering panen dengan kadar air maksimum 30 persen,” katanya. Djoni menyebutkan saat ini stok Bulog Jateng dalam kondisi surplus 36.000 ton dan dikirimkan ke daerah lain di luar Jateng, seperti Aceh, Medan, Padang, Sampit, Samarinda dan Pangkalanbun.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya