SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Madiunpos.com, TULUNGAGUNG — Badan Urusan Logistik (Bulog) menggelontorkan jagung impor sebanyak 60.000 ton untuk wilayah Jawa Timur (Jatim). Dari total alokasi tersebut, sebanyak 50% atau 30.000 ton di antaranya diberikan kepada Bulog Subdivre Tulungagung.

“Selain (Divre) Tulungagung, suplai jagung impor juga diberikan untuk Bulog Malang, Kediri, dan Surabaya dengan alokasi masing-masing 10.000 ton,” kata Kepala Bulog Subdivre Tulungagung Khrisna Murtianto di Tulungagung, Sabtu (15/12/2018).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia menjelaskan besarnya alokasi jagung impor untuk Bulog Subdivre Tulungagung dipengaruhi oleh besarnya kebutuhan bahan baku untuk campuran pakan ternak unggas di wilayah tersebut.

Terutama, beber Khrisna Murtianto, untuk wilayah Kabupaten Blitar yang merupakan penghasil telur ayam terbesar di Indonesia. “Kami mendapatkan alokasi sekitar 30.000 ton, dan itu harus habis dalam waktu satu bulan,” ungkapnya.

Khrisna Murtianto menjelaskan jagung impor ini nantinya dijual kepada peternak seharga Rp4.000 per-kilogram dalam bentuk curah. Harga itu jauh lebih murah dibanding harga dipasaran saat ini yang sudah mencapai Rp5.500 per kilogram.

Rencananya jagung asal Brazil ini tiba di Teluk Lamong. “Kami jualnya dalam bentuk curah, apabila peternak menginginkan kemasan nanti akan menambah biaya kemasan senilai Rp100/kilogramnya,” katanya.

Jagung ini langsung ditempatkan di gudang sewa milik Bulog di Romo Kalisari Gresik. Saat ini Bulog juga telah mengumumkan kepada para peternak yang butuh jagung, agar lekas mengajukan permohonan.

Sebab Bulog hanya akan mengambil jagung ke Gresik, sesuai order dari para peternak. Untuk bisa membeli jagung impor ini harus melalui kelompok tani, dan tidak boleh perorangan.

Selain itu harus ada surat pernyataan tidak akan memperjualbelikan jagung impor itu, sebab dikhawatirkan ada tengkulak yang akan memanfaatkan jagung impor ini.

“Yang dikhawatirkan jika ada tengkulak, melihat harga jagung impor memang jauh lebih murah dari harga pasar saat ini. Jadi jangan sampai tengkulak mengambil untung dari ini,” ujarnya.

Khrisna mengakui pihaknya selama ini sulit untuk melakukan serapan jagung dari para petani di wilayahnya. Sebab harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan hanya Rp3.150 per kilogram.

Sedangkan harga di tingkat petani saat ini di atas Rp3.300 Rp3.600 per kilogram. Dari data Bulog Subdivre Tulungagung, di tahun 2017 untuk stok jagung di gudang sebanyak 10.000 ton. Stok bertambah 3.000 ton di tahun 2018. Namun, semua stok habis pada April 2018.

“Dan kami sempat meminjam jagung ke perusahaan pakan, sebanyak 2.500 ton, dan itu sudah habis sejak bulan Oktober. Nanti, pinjaman itu akan diganti setelah jagung impor masuk ke gudang bulog,” katanya.

Silakan KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Madiun Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya