Peristiwa ngayelke ini terjadi ketika Jon Koplo bersama keluarga kembali ke Solo setelah mudik ke Ambarawa pada libur Natal 2010 lalu. Suasana malam dalam perjalanan jalur Semarang-Solo cukup sepi meskipun tetep ada irit-iritan mobil.
Sesampai di Blotongan menjelang kota Salatiga, Koplo ikut-ikutan membelokkan setirnya ke kanan menuju jalan baru, mengikuti mobil di depannya yang berpelat HxxxxB. Secara kasat mata jalan tembus (ring road) kelihatan sudah bisa dilewati sebab sudah tidak ada penghalang. ”Wis ra papa, ana kancane mobil asli Salatiga,” batinnya.
Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia
Dengan tetap yakin kalau jalan itu bisa dilewati Koplo pun tenang-tenang saja. Kira-kira di KM 5, mobil di depannya menyalakan sein ke kiri kemudian membelok. Namun Koplo tetap jalan terus karena memang jalanan sangat mulus dan sepi meskipun gelap gulita karena ring road belum dipasangi lampu.
”Wah, kok makin peteng ndhedhet dan sepi? Lagi pula kok enggak ada mobil lain bersimpangan di jalan?” batin Koplo.
Koplo semakin ragu dan deg-degan saat melihat ada beberapa alat berat pengaspal jalan terparkir di pinggir jalan utama Solo-Semarang itu. Namun ia nekat jalan terus meski kondisi jalan semakin nggronjal dan gelapnya bukan main.
Tiba-tiba mak njegagik! Koplo mendadak ngerem mobilnya. Terlihat di depannya banyak sekali truk proyek malang melintang dan mengadang jalan.
”Wadhuh keblasuk ki! Dalane durung dadi!” kata Koplo disambut kekhawatiran istri dan anaknya.
Takut ada apa-apa, Koplo segera putar balik. ”Tiwas kenceng, dalan peteng, selak ngantuk, rekane nrabas ben ndang tekan Solo, bul keblasuk,” sambat Koplo.
FX Triyas Hadi Prihantoro, SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Solo
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
