SOLOPOS.COM - Perbukitan di Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Wonogiri yang akan dieksploitasi PT Alexis Perdana Mineral (APM), Senin (2/6/2018). (Solopos/Mariyana Ricky P.D.)

Solopos.com, WONOGIRI — Bukit Randu Kuning di Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, menyimpan kandungan emas. Sejak puluhan tahun lalu bukit ini menjadi ladang bagi masyarakat setempat untuk mencari emas.

Penambangan emas secara tradisional di Bukit Randu Kuning dilakukan sejak 1993. Sampai saat ini aktivitas warga yang disebut tidak memiliki izin itu masih berlangsung meski tidak seperti dulu.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Aktivitas penambangan itu pun menimbulkan ancaman kesehatan bagi warga setempat. Sudah banyak penelitian yang membahas tentang ancaman merkuri dari aktivitas penambangan tersebut.

Selain itu, penambangan juga menyebabkan pencemaran lingkungan. Air sungai di sekitar lokasi penambangan itu telah tercemar merkuri yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Baca jugaa: 3 Kecamatan di Wonogiri Ini Simpan 1,5 Juta Ton Emas

Berdasarkan catatan Solopos.com, bukit emas di Wonogiri itu sempat hendak ditambang PT Alexis Perdana Mineral (APM) dari Australia. PT APM selaku pemegang kuasa pertambangan di desa itu telah mengeksplorasi kawasan penambangan tersebut sejak sekitar 2010 lalu. Saat itu, perusahaan asal Australia melakukan pengeboran untuk mencari potensi tembaga di bukit kawasan Jendi. Saat mata bor mencapai kedalaman 450 meter, mereka menemukan kandungan emas.

Namun eksploitasi lahan yang dilakukan PT Alexis itu pun mendapat penolakan dari warga. Pada 2019 lalu pihak pengembang memproses izin ke Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jawa Tengah. Namun sampai saat ini aktivitas penambangan belum terjadi.

Baca juga: Gunung Api Purba Sumber Emas di Wonogiri, Ini Lokasinya

Asal Mula Bukit Emas Wonogiri

Pada Januari 2019 lalu Kepala Seksi Geologi Mineral dan Batu Bara (Geominerba) Cabang Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah Sewu Lawu, Yulianto, menyebut pembentukan emas di kawasan Bukit Randu Kuning dipengaruhi kondisi geologi kawasan ini yang merupakan bagian dari Pegunungan Selatan sisi timur.

Pegunungan ini terbentuk sebagai akibat dari tumbukan (subduksi) antara lempeng samudra dan lempeng benua yang diperkirakan dimulai sejak kala eosen hingga oligosen (56-34 juta tahun lalu). Pegunungan Selatan tersusun atas batuan-batuan yang merupakan endapan laut.

Baca juga: Jejak Gunung Api Purba Gajahmungkur di Selogiri Wonogiri, Masih Aktif?

Yulianto menyebut emas pada umumnya terbentuk oleh proses hidrotermal, yakni fase akhir dari proses magmatik. Melalui proses itu, secara kimiawi larutan hidrotermal mengubah komposisi mineral batuan. Akibatnya, terjadi perubahan pula pada tekstur batuan yang dikenal sebagai batuan teralterasi.

“Nah, Bukit Randu Kuning itu merupakan kompleks batuan beku. Warga menggali bukit untuk mencari urat-urat kuarsa yang didalam urat itu ada emasnya. Urat kuarsa terlihat secara kasat mata, warnanya putih susu dan memanjang sehingga orang bisa menemukannya. Yang dicari penambang itu batuan yang ada urat kuarsanya. Lalu batuan itu dipecah dengan glondong [molen kecil] agar lembut. Setelah itu diberi merkuri untuk mengikat emas,” imbuh Yulianto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya