SOLOPOS.COM - Suasana pengamatan gerhana bulan menggunakan teleskop di Gedung Observatorium PPMI Assalaam, Pabelan, Kartasura, Rabu (31/1/2018) malam. (Iskandar/JIBI/Solopos)

Pengamatan gerhana bulan dari PPMI Assalaam Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, terhalang awan.

Solopos.com, SUKOHARJO — Pukul 20.28 WIB atau satu menit lagi puncak gerhana mestinya bulan tampak merah atau redup dibanding purnama biasa pada Rabu (31/1/2018) malam. Namun, semuanya itu tak terlihat karena gumpalan awal menghalangi pandangan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Acara menonton bersama gerhana bulan di Observatorium Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalam Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, malam itu pun tak membuahkan hasil seperti yang diharapkan. “Saya sudah berusaha menyisir selama 15 menit ternyata tidak mendapatkan apa-apa. Justru malah rintik hujan semakin deras,” ujar Kepala Observatorium PPMI Assalam, A.R. Sugeng Riadi, kepada wartawan di sela-sela acara.

Ekspedisi Mudik 2024

Dia memperkirakan seluruh tempat di Soloraya tak bisa melihat gerhana bulan total karena angkasa Soloraya dan sekitarnya tertutup awan tebal. Terkait itu, Observatorium yang semula menyiapkan sedikitnya 10 teleskop untuk pengamatan, akhirnya hanya mengeluarkan tiga teleskop. (Baca: PPMI Assalaam Siapkan 10 Teleskop Untuk Amati Gerhana Bulan)

Observatorium tak berani berspekulasi dengan cuaca yang gerimis terus menerus sehingga dikhawatirkan merusak teleskop. Berdasar informasi yang diperolehnya, kawasan yang relatif beruntung bisa melihat gerhana antara lain di Surabaya, Jakarta, Tangerang, dan beberapa tempat lain.

Namun, daerah-daerah itu juga hanya sekilas bisa mengamati gerhana super blue blood moon yang langka ini dengan baik. Dia menambahkan total gerhana bulan itu terjadi selama 1 jam lebih 16 menit.

Awal gerhana dimulai pukul 17.49 WIB memasuki fase gerhana bulan, puncaknya pukul 20.29 WIB dan selesai atau berakhir pukul 21.08 WIB. Dengan berakhirnya gerhana, warna rona kemerahan bulan berangsur-angsur pudar atau hilang kira-kira pukul 22.11 WIB.

Sementara itu puluhan santri PPMI Assalaam dan warga yang berniat menyaksikan gerhana banyak yang kecele. Gerhana bulan yang ingin mereka saksikan tidak kelihatan akibat tertutup awan tebal.

“Saya bela-belain naik ke lantai VI dengan anak istri ternyata gerhana tidak bisa kelihatan akibat tertutup mendung. Apa boleh buat?” ujar salah seorang warga Solo, Heru Waskito.

Bahkan salah seorang anak bernama El Farizi, 6, yang mencoba mengamati gerhana bulan menggunakan teleskop Vixen tipe VC 200 L buatan Jepang di lantai VI gedung Observatorium PPMI Assalaam, juga tak melihat gerhana. “Yang terlihat hanya awan,” ujar dia.

Selain pengamatan gerhana, PPMI Assalaam juga mengelar Salat Gerhana di masjid setempat. Salat ini diikuti ratusan jemaah dilanjutkan dengan tausiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya