SOLOPOS.COM - Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas (Instagram/@cerita.kota)

Solopos.com,  BANYUMAS -- Benda-benda pusaka  merupakan peninggalan leluhur yang harus dirawat. Masalah yang timbul dari benda pusaka ini adalah munculnya korosi, maka dari itu setiap masuk bulan Sura dalam penanggalan Jawa dilakukan prosesi jamasan pusaka.

Tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun sejak masa kerajaan di Pulau Jawa, khususnya Kerajaan Mataram Islam beserta pecahannya. Pecahan Kerajaan Mataram Islam sendiri terdiri atas Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Pura Mangkunegaran Surakarta Hadiningrat, Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, dan Pura Paku Alaman Ngayogyakarta Hadiningrat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain pihak kraton, prosesi ini juga dilakukan oleh orang-orang yang  mendapat hak waris untuk memiliki benda-benda pusaka tersebut, khususnya para keturunan Kerajaan Islam di Jawa. Melansir dari Liputan6.com, Kamis (27/5/2021), prosesi Jamasan Pusaka ini dilakukan tepat pada malam 1 Sura.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga : Banyumas Punya Venue Paralayang Pertama, Mau Coba?

Inti dari Jamasan  Pusaka adalah manusia pada dasarnya dalam keadan suci yang dilambangkan pada prosesi pembersihan benda pusaka dan juga banyak berkomunikasi dengan Sang Hyang Tunggal.

Uniknya di Banyumas sebagai bentuk asimilasi budaya, tradisi jamasan pusaka ini tidak hanya dilakukan saat bulan Sura. Di Banyumas, sepekan  sebelum perayaan Tahun Baru Imlek, masyarakat kejawen setempat bersama dengan warga keturunan Tionghoa di sekitar Kelenteng Boen Tek Bio menggelar prosesi ini.

Melansir dari laman Instagram @cerita.kota, prosesi Jamasan Pusaka yang  dilakukan  ini membersihkan pusaka berupa tiga buah keris, yang terdiri atas Keris Brojol (lambang kelahiran manusia), Keris Sapu Jagat (lambang pembersihan diri) dan Cempana Cerita (lambang ketenangan).

Baca Juga : Banyumas Raih Opini WTP ke-10, Eksekutif-Legislatif Wajib Sinkron

Altar Mbah Kuntjung yang dianggap sebagai pengayom unsur lokalitas ini berada berdampingan dengan patung para dewa suci di kelenteng tersebut. Aula kelenteng juga kerap digunakan sebagai tempat pertemuan lintas agama yang diselenggarakan tiap hari Kamis malam.

Berdasarkan kepercayaan bahan yang diperlukan untuk  prosesi jamasan ada dua kategori, yaitu bahan pokok yang terdiri dari air kelapa muda, jeruk nipis, warangan dan minyak pusaka. Kemudian bahan pendamping yang terdiri atas sesaji, dupa, dan kemenyan.

Cara yang digunakan dalam prosesi Jamasan meliputi dua hal, yaitu pemutihan dan pewarangan. Pemutihan adalah proses memutihkan kembali melalui media air kelapa dan jeruk nipis. Pusaka yang akan dijamas harus dilepaskan dulu dari warangka, deder dan mendaknya sehingga tersisa bilah pusaka. Kemudian dimasukan ke dalam air kelapa muda yang telah diberi wadah untuk menjamas pusaka tersebut.

Baca Juga : Tak Ada Perayaan Waisak di Borobudur, Pengelola Berharap Wisatawan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya