SOLOPOS.COM - Kutub Utara (ilustrasi/istimewa)

Solopos.com, SOLO–Penyebaran mikroplastik yang terus berkembang, kini mulai mendapatkan banyak perhatian. Apalagi, peneliti mengungkap bahwa mikroplastik sebagian besar bukan berasal dari sampah, tetapi dari pakaian manusia.

Hal ini mungkin tak terbayangkan sebelumnya, tetapi serat mikro atau mikrofiber yang hanyut ke laut dari cucian pakaian atau dari limbah industri, juga masuk dalam sumber pencemaran Bumi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Peter Ross, peneliti polusi laut dari Ocean Wise Conservation Association di Kanada, memimpin penelitian dan menganalisis distribusi mikroplastik di Samudra Arktik. Mereka mengambil sampel kontaminan di air laut dekat permukaan pada 71 lokasi di seluruh Eropa dan Amerika Utara, termasuk Kutub Utara.

Dalam penelitian ini, para ahli mengumpulkan sampel mikroplastik di kedalaman 3 hingga 8 meter. Tak hanya berhenti disitu, mereka juga mengambil sampel di kedalaman yang jauh lebih rendah di Laut Beaufort. Lebih tepatnya di utara Alaska dan Kanada dengan mengumpulkan mikroplastik di kedalaman paling rendah 1.015 meter.

Terkait Persiapan PON 2024, Menpora Minta Ketua KONI Aceh Siapkan Masterplan

Serat Pakaian Jadi Sumber Pencemar

Melansir dari suara.com, Senin (18/1/2021), tim ilmuwan mengatakan, meskipun mikroplastik diketahui telah menyebar ke wilayah yang paling terpencil di dunia, namun mekanisme yang mendasari distribusi dan skala kontaminasi masih belum jelas.

Mikroplastik terurai menjadi potongan-potongan kecil saat terdegradasi dan pindah ke Kutub Utara barat. Sekitar 40 partikel mikroplastik per meter kubik air laut dengan 92,3 % adalah serat mikroplastik dan 73,3 % adalah poliester.

“Kelimpahan partikel berkorelasi dengan garis bujur, dengan hampir tiga kali lebih banyak partikel di Kutub Utara bagian timur, dibandingkan dengan di barat. Pergeseran dari timur ke barat menunjukkan potensi pelapukan serat dari sumbernya,” tulis para ilmuwan dalam penelitian yang diterbitkan di Nature Communications.

Tidak Sepenuhnya Tersaring

Para ahli mengatakan bahwa satu pakaian dapat melepaskan jutaan serat selama pencucian biasa dan pabrik pengolahan air limbah dapat melepaskan lebih dari 20 miliar mikrofiber setiap tahun.

Selain itu, dalam dua pertiga dari pakaian terdiri dari bahan sintetis, termasuk poliester, nilon, dan akrilik. Serat sintetis ini dapat masuk ke air lewat limbah dari pabrik atau dari orang yang sedang mencuci pakaian mereka.

Instalasi pengolahan air limbah memang mampu menangkap sebagian besar darinya. Namun, tetap saja sisa serat dengan ukuran lebih kecil pada akhirnya dapat mengalir ke sungai, saluran air, hingga akhirnya, lautan.

Ekonomi China Pulih Ke Tingkat Pertumbuhan Prapandemi, 2 Sektor Ini Jadi Kunci

Dampak Mikroplastik

Melansir dari Liputan6.com, Senin (18/1/2021), Arktik adalah barometer kesehatan planet dan wilayahnya sangat rentan, terutama terhadap krisis iklim. Adanya serat poliester ini dapat berdampak pada manusia dan satwa liar laut seperti burung, ikan, dan zooplankton.

Berbagai penelitian juga menemukan mikroplastik dalam usus ikan dan kehidupan laut. Ini tentunya, akan mengkhawatirkan jika dikonsumsi manusia dan berdampak pada kesehatan. Apalagi, bagi masyarakat adat yang sangat bergantung pada makanan laut.

Saat ini, tantangan besar bagi komunitas ilmiah adalah bagaimana mengkarakterisasi dan mendokumentasikan sebab dan akibat untuk kelompok polutan yang sangat komplek. Kegiatan ini tentunya baik bagi perkembangan ilmu dampak mikroplastik, terutama dalam bidang kesehatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya