SOLOPOS.COM - Pengunjung menikmati suasana kawasan Objek Mata Air Cokro (OMAC), Kecamatan Tulung bersamaan dengan momen padusan, Jumat (1/4/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Kabupaten Klaten dikenal dengan sebutan daerah 1.001 Umbul. Hal itu disebabkan di Klaten memiliki banyak sumber mata air.

Mata air di Klaten tak hanya dimanfaatkan di bidang wisata. Air umbul dimanfaatkan mendukung irigasi, sumber air bersih, hingga budi daya perikanan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan data yang dihimpun dari BPS Klaten tahun 2015, ada 174 mata air di Klaten. Lokasinya tersebar ke berbagai kecamatan. Di Klaten terdapat 26 kecamatan.

Kecamatan di Klaten yang memiliki paling banyak mata air ternyata berada di Manisrenggo dan Tulung. Di masing-masing kecamatan itu sama-sama memiliki 24 mata air.

Setelah itu, diikuti Karangnongko (17 mata air), Ngawen (16 mata air), Kebonarum (14 mata air), Kalikotes (11 mata air), Kecamatan Prambanan (11 mata air).

Baca Juga: Deretan Desa di Klaten Ini Panen Cuan Miliaran Rupiah dari Umbul

Selanjutnya berturut-turut, Ceper (8 mata air), Karanganom (8 mata air), Polanharjo (6 mata air), Jogonalan (6 mata air), Gantiwarno (5 mata air), Klaten Selatan (5 mata air), Klaten Utara (5 mata air), Bayat (4 mata air), Jatinom (3 mata air), Trucuk (2 mata air), Pedan (2 mata air), Kemalang (2 mata air), Wonosari (1 mata air).

Kepala Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Klaten, Sri Nugroho, mengatakan objek wisata air mengalami perkembangan pesat di Klaten. Saat ini, ada sekitar 31 objek wisata air dengan mayoritas memanfaatkan sumber air alias umbul.

Beberapa umbul yang kini dikembangkan menjadi daya tarik wisata oleh desa diantaranya Umbul Ponggok, Umbul Siblarak, Umbul Jolotundo, Umbul Pluneng Tirtomulyani, Umbul Pluneng Tirtomulyono, Umbul Brintik, Umbul Manten, Umbul Brondong, Umbul Sigedang-Kapilaler, Umbul Besuki, Umbul Pelem, serta Umbul Nilo.

Ada pula wisata air yang dikelola Pemkab Klaten memanfaatkan limpahan air dari umbul seperti Objek Mata Air Cokro (OMAC) dan Umbul Jolotundo. Selain soal kebersihan, Nugroho mengingatkan agar pengelola tetap menjaga kelestarian sumber air.

“Menjaga lingkungan itu harus menjadi aspek penting,” kata Sri Nugroho, kepada Solopos.com, Selasa (26/7/2022).

Baca Juga: Umbul Pokak, Wisata Alam Klaten yang Asri Cocok Buat Mancing Mania

Mata air di Klaten juga untuk kebutuhan air bersih. Hal itu seperti yang dilakukan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Merapi Klaten. Ada sembilan mata air yang dimanfaatkan PDAM memenuhi kebutuhan air bersih warga Klaten.

Direktur Teknis PDAM Tirta Merapi Klaten, Sigit Setiyawan, menjelaskan ada sembilan mata air di Klaten yang dimanfaatkan PDAM memenuhi pasokan air bersih pelanggan. Kesembilan mata air itu tersebar di lima kecamatan.

Di Kecamatan Kebonarum ada dua mata air, yakni sumber mata air Geneng dan mata air Lanang. Di Kecamatan Kemalang ada satu mata air, yakni sumber mata air Sliling di Desa Keputran, Kecamatan Kemalang.

Di Kecamatan Polanharjo ada tiga sumber mata air, yakni sumber mata air Ponggok, Sigedang, dan Wangen. Di Kecamatan Tulung ada sumber mata air Nilo. Sementara di Kecamatan Karanganom ada sumber mata air Jolotundo.

Debit air yang dimanfaatkan PDAM dari kesembilan sumber mata air itu bervariasi, antara 8 liter per detik hingga 170 liter per detik.

Baca Juga: Inilah Keistimewaan Kabupaten Klaten yang Tak Dimiliki Daerah Lain

“Terbesar di mata air Geneng, Kecamatan Kebonarum [170 liter per detik air yang dimanfaatkan untuk pasokan air bersih PDAM]. Kalau jumlah total pelanggan PDAM ada 47.000 pelanggan,” kata Sigit.

Mata air di Klaten juga menyokong pertanian di Klaten. Saban tahun, Klaten surplus beras.

Pada 2021, Klaten surplus beras sekitar 157.000 ton. Jumlahnya meningkat dibandingkan 2020 sekitar 141.000 ton.

Berdasarkan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) No. 10 tahun 2021, kawasan pertanian pangan berkelanjutan di Klaten sekitar 32.000 ha yang tersebar di berbagai kecamatan.

“Sumber pangan semua berasal dari alam atau dikembangkan di lahan. Dalam pengembangan pertanian, pasti membutuhkan air. Ketersediaan sumber mata air ini merupakan salah satu kunci keberlangsungan dalam keberhasilan produksi pangan. Air merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam budi daya pangan,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten, Widiyanti.

Baca Juga: Candramaya Pool and Resort Dalangan Klaten, Kental dengan Nuansa Bali



Kualitas air di Klaten juga memengaruhi kualitas produksi perikanan. Tak heran jika sentra produksi perikanan di Klaten banyak terdapat di daerah dekat dengan sumber mata air seperti di Kecamatan Karanganom, Polanharjo, serta Tulung.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Bidang Perikanan DKPP Klaten, produksi ikan di Klaten pada 2021 mencapai 306.317 kuintal. Produksi terbanyak berasal dari wilayah Kecamatan Polanharjo (98.550 kuintal), Tulung (57.760 kuintal), dan Karanganom (39.983 kuintal).

Kabid Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Klaten, Harjaka, mengatakan banyaknya sumber mata air di Klaten salah satunya dipengaruhi topografi wilayah Klaten yang berada di antara pegunungan termasuk, Gunung Merapi.

Kawasan lereng Gunung Merapi itu menjadi daerah tangkapan air atau cathcment area. Harjaka membagi wilayah sumber air dalam tiga kelompok, yakni hulu, tengah, dan hilir.

“Daerah hulu sebagai daerah tangkapan air. Daerah tengah itu daerah munculnya mata air. Sementara daerah hilir sebagai daerah genangan mata air,” kata Harjaka saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (25/7/2022).

Baca Juga: Umbul Brintik Klaten, Lokasi Terapi Kesehatan Hasil Rekomendasi Dokter

Pakar Lingkungan dan Kebencanaan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof. Suratman, mengatakan posisi Klaten yang berada pada lingkar Gunung Merapi memengaruhi banyaknya mata air yang ada di Kabupaten Bersinar. Hal itu ditinjau dari sejarah geologi, geomorfologi, serta hidrologi.

Gunung Merapi bertipe stratovolcano atau gunung api yang tubuhnya dibentuk oleh endapan berlapis-lapis  antara endapan awan panas dan lava. Tipe gunung api itu berbentuk kerucut.

Kondisi Merapi yang bertipe stratovolcano membuat gunung tersebut memilik banyak cekungan-cekungan air tanah di Gunung Merapi tua maupun Gunung Merapi muda.

“Jadi di daerah atas, di bawah kepundan itu ada lereng kerucut gunung api yang di sana memiliki resapan serta memiliki curah hujan lebih tinggi yang kemudian masuk ke dalam tubuh lapisan gunung dan secara gravitasi membentuk volcano spring belt atau jalur mata air gunung api, seperti sabuk cincin mata air,” kata Suratman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya