SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

ungguh miris rasanya melihat bocah yang tergolek lemah tak berdaya dengan kepala yang membesar. Saat bocah seusianya asyik belajar mengenal dunia, bocah-bocah penderita hydrocephalus justru harus berjuang menghadapi kenyataan hidup yang pahit. Ironis. Kendati belakangan ini jadi bahan pembicaraan hangat karena penderitanya kerap diberitakan, hydrocephalus tak bisa disebut sebagai penyakit baru. Konon, penyakit ini bahkan sudah dikenal sejak masa filosuf ternama, Hypocrates.

Sesuai asal katanya, yaitu hydro berarti air dan cephalus yang diartikan kepala. Hydrocephalus merupakan penyakit yang ditandai dengan timbunan cairan otak yang tidak normal. Penumpukan cairan yang berlebihan ini mengakibatkan pembesaran pada rongga cairan otak (ventrikel). Ventrikel yang terus membesar, mendesak otak yang berada di sekililing ventrikel.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Akibatnya, jaringan otak pun menipis. Pada bayi usia 0 hingga 14 bulan, pembesaran ventrikel bakal diikuti oleh pembesaran kepala. Hal ini terjadi lantaran sutura atau hubungan antartulang tengkoraknya masih renggang. Sementara pada orang dewasa, pembesaran ventrikel yang tak diikuti pembesaran kepala bisa berakibat fatal. Pasalnya keberadaan jaringan otak langsung tertekan. Penderita akan merasakan sakit kepala hebat, muntah dan mual diikuti oleh kejang-kejang dan berakhir pada kematian.

Orang dewasa penderita hydrocephalus umumnya memiliki harapan hidup lebih kecil ketimbang bayi penderita Hydrocephalus. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Menurut dr Hanis Setyono SpBS, ahli bedah saraf dari RS Islam Solo, keberadaan cairan otak sebenarnya merupakan hal normal. Setiap hari, bagian otak yang disebut pleksus choroideus memproduksi 500 cc hinga 600 cc cairan otak. Pada bayi dan anak-anak produksinya hanya sekitar 250 cc sampai 300 cc per hari.

Cairan itu sejatinya berfungsi untuk membuang sisa metabolisme otak, sekaligus sebagai bantalan pelindung otak dari goncangan dan benturan. “Setelah diproduksi di bagian tengah otak, sebagian cairan ini dialirkan ke rongga terluar di sekeliling otak dan sebagian lagi dibuang melalui saluran khusus ke aliran darah. Nah, saat terjadi benturan atau goncangan kuat, cairan otak bakal menyerap sebagian efek benturan sehingga cedera otak bisa diminimalisasi,” jelas dokter yang juga berpraktik di RS dr Moewardi ini. Dalam kondisi normal, cairan otak dikeluarkan secara aktif melalui aliran darah. Maklum, ventrikel orang dewasa hanya mampu menampung sekitar 150 cc cairan, sementara ventrikel anak-anak memiliki kapasitas tampung antara 75 cc hingga 100 cc.

Dengan produksi yang melebihi kapasitas ventrikel, sudah tentu cairan otak harus dialirkan secara aktif. Permasalahan timbul apabila terjadi ketidakseimbangan produksi dan pengeluaran cairan otak. Dikatakan dr Hanis, ada tiga sebab umum yang mengakibatkan ketidakseimbangan ini, yaitu gangguan pada proses produksi cairan, gangguan aliran cairan otak dan terjadi sumbatan. Banyak hal yang bisa mengakibatkan ketiga gangguan ini, salah satunya adalah keberadaan tumor di bagian pleksus choroideus.

Tumor itu meniru karakter pleksus choroideus. Ia juga ikut memproduksi cairan otak. Alhasil, produksi cairan berlipat ganda dan tidak terkontrol. Ventrikel tidak mampu menampung dan cairan otak pun tertimbun di kepala. Lebih parah lagi, tumor sering kali tumbuh tak terkendali sehingga menghalangi aliran cairan otak.

Selain tumor, pendarahan otak akibat stroke atau trauma kepala dan infeksi juga berpotensi menyebabkan hydrocephalus. Pada banyak kasus, pendarahan otak dapat menimbulkan sumbatan pada aliran cairan otak sehingga tak terbuang maksimal. Selain itu, penyerapan cairan otak juga bisa terganggu karena tempat penyerapan yang ada di sekitar otak terinfeksi oleh bakteri atau virus. Ditambahkan dr Hanis, infeksi selaput otak atau meningitis, juga berpotensi mengganggu penyerapan cairan otak.

Oleh: Esmasari Widyaningtyas, Fetty Permatasari

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya