SOLOPOS.COM - Abdi dalem merawat kerbau bule di Magangan Keraton Solo, Kamis (28/7/2022)

Solopos.com, SOLOKebo bule yang merupakan pusaka keramat milik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat kini sedang dalam bahaya dengan adanya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Tercatat sudah tiga ekor kebo bule yang mati hanya dalam 17 hari terakhir.

Beberapa kerbau bule juga nampak memiliki gejala PMK dan sedang ditangani secara serius oleh Keraton dan Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Solo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kebo bule yang menjadi pusaka dari Keraton dipercaya memiliki kekuatan magis. Kotoran kebo saat dikirab pada malam 1 Suro bahkan dijadikan rebutan.

Konon, kotoran kerbau ini bisa meningkatkan hasil panen atau yang lebih ekstrem lagi kotoran kebo bule Keraton Solo yang dikirab bisa dijadikan obat untuk menyembuhkan penyakit.

Namun, fenomena kebo bule yang unik karena warna kulitnya yang putih kemerahan bukanlah sesuatu yang dihasilkan secara magic atau berkaitan dengan hal-hal magis. Ada penjelasan ilmiah kenapa kebo bule berwarna terang seperti itu.

Baca Juga: Keramat di Keraton Solo, Kebo Bule Termasuk Hewan Dilindungi Negara?

Dalam jurnal berjudul Profil Sekuen Gen Tyrosinase Pada Sapi dan Kerbau Albino terbitan Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), adanya mutasi pada gen Tyrosinase (TYR) menjadikan pigmen pada sapi dan kerbau berbeda.

Gen TYR berfungsi menghasilkan enzim tyrosinase yang bisa membuat kelainan genetik berupa albinism. Albinism dibagi menjadi dua yaitu ocolucuteneous albinsim yaitu albino di mata dan kulit, ocular albinism atau albino pada mata. 

Dalam penelitian yang dilakukan LIPI tersebut, pasangan kerbau normal yang disilangkan bisa memiliki anak albino apabila salah satunya memiliki gen albino yang tidak muncul atau gen resesif.

Baca Juga: Tiga Kebo Bule Mati Karena Sakit Dalam 17 Hari, Pertanda Apa?

Hasil Persilangan

Sedangkan untuk kerbau albino yang disilangkan dengan kerbau normal juga bisa memiliki anak normal. Hal itu tergantung gen mana yang muncul. Tetapi jika kedua induk dan pejantan albino, bisa dipastikan kerbau yang lahir adalah albino.

Di sisi lain, fenomena kerbau albino yang dikeramatkan atau dijadikan pusaka juga tidak hanya terjadi di Kota Solo. Dalam buku Kerbau: Ternak Potensial yang Terlupakan terbitan LIPI tahun 2015, ada beberapa fenomena di mana kerbau albino menjadi primadona.

Di Banten misalnya, kebo albino atau kebo bule dianggap membawa hoki atau keberuntungan, terlebih jika tanduknya bertemu secara simetris di bagian bawah leher seperti kalung. Kebo bule tersebut dianggap membawa hoki dan biasanya diambil air seninya untuk dijadikan obat.

Baca Juga: Kiai Gino Mati, Kebo Bule Pusaka Keraton Solo Tinggal Segini

Sedangkan di Pulau Bali, ada fenomena lembu taro yang berwarna putih pucat. Bahkan di Bali, lembu taro dilindungi masyarakat sekitarnya untuk tidak terjadi mutasi genetik dan tetap bisa mempertahankan genetik dari warna sang lembu.

Di Madura juga memiliki budaya yang sama, yaitu kerbau merah, yang mirip dengan kebo bule, namun memiliki warna putih yang lebih menyala.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya