SOLOPOS.COM - Narendra Gangaram Khana, 62, napi di LP Sragen melayani pesanan kebab, Jumat (27/12/2019). (Solopos-Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN -- Selama menjalani hukuman di penjara, tidak ada kegiatan yang membuat hidup Yaser Alizadeh, 39, lebih bermakna selain menyalurkan hobi memasaknya.

Mantan gembong narkoba asal Iran yang divonis 15 tahun penjara itu merasa hidupnya lebih berarti ketika mendapat kesempatan untuk berdagang jajanan khas negaranya di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas IIA Sragen.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Waktu tinggal di LP Tangerang, saya sempat membuat roti panggang dan donat. Tapi, tidak lama karena di sana saya dilarang memasak. Saya lalu dipindah ke Pekalongan. Di sana sama saja, saya tidak boleh memasak. Sejak setahun lalu, saya di pindah ke sini [LP Sragen]. Alhamdulillah saya diperkenankan jualan. Saya merasa menemukan kembali semangat hidup saya. Daripada jenuh di sel, lebih baik saya menyalurkan hobi memasak saya,” ujar Yaser saat berbincang dengan di LP Sragen, Jumat (27/12/2019).

Sejak diringkus pada awal 2011, Yaser memang tidak terbiasa makan nasi seperti napi pada umumnya. Bila makanan pokok khas Tanah Air itu disajikan tiga kali sehari, paling Yaser hanya makan sekali.

Karena merasa tidak cocok di lidah, Yaser memilih memasak sendiri. Dia lebih suka makanan khas dari negaranya seperti donat dan roti panggang.

Yaser merupakan satu dari dua napi yang berstatus warga negara asing (WNA) di LP Sragen. Naredra Ganggaram Khana, 62, dari India merupakan teman karib Yaser. Kebetulan, keduanya sama-sama pernah mendekam di LP Tangerang dan LP Pekalongan.

Mantan gembong narkoba itu divonis 20 tahun penjara sejak terjerat kasus pada akhir 2011. Yaser dan Narendra ternyata punya hobi sama yakni memasak. Bila Yaser memilih memasak kue donat dan kue panggang, Narendra lebih suka memasak kebab khas negaranya.

Sama dengan Yaser, Narendra juga tidak doyan makan nasi. Pada awalnya, Yaser dan Narenda memasak makanan khas negaranya itu untuk dimakan sendiri. Namun, tidak disangka banyak teman-teman sesama napi yang suka.

Sampai akhirnya, pihak LP memfasilitasi perangkat dapur supaya Yaser dan Narendra bisa menyalurkan hobi masak mereka. Keduanya dibantu oleh Bowo, napi dari Pedan Klaten.

Mereka mendapat pasokan bahan untuk memasak dari petugas. Di sebuah ruang kios berukuran 3x5 meter, mereka memasak kebab, kue donat dan kue panggang. Di kios itu, terdapat kompor dengan peralatan masak serta oven untuk memanggang roti.

Kebab, donat maupun kue panggang bikinan ketiganya amat digandrungi warga binaan LP Sragen. Narenda menggunakan chapati, roti panggang tradisional India sebagai kulit kebab.

Kebab itu berisi potongan sayur seperti bawang bombai, tomat, telur, irisan daging sapi dan lain-lain. Adonan yang sudah dimasak itu ditaruh di atas chapati lalu ditambahkan mayones, saus tomat dan saus cabai.

Berbeda dengan kebab khas Turki yang berbentuk kerucut, kebab khas India bikinan Narendra berbentuk gulungan. Gulungan kebab bisa dinikmati dalam bungkus kertas minyak. Satu porsi kebab dijual beragam mulai Rp5.000, Rp10.000 hingga Rp15.000.

“Yang membedakan harganya itu porsi daging di dalamnya. Kalau porsi daging dalam kebab banyak, harganya Rp15.000. Kalau kurang pedas, bisa ditambahkan sendiri saus cabainya,” jelas Narendra.

Satu kue donat bikinan Yaser dijual Rp2.500, sementara kue panggang isi selai stroberi dengan toping cokelat dan wijen dijual Rp5.000. Yaser dan Narendra tidak mematok harga yang mahal untuk jajanan yang dibikin mereka.

“Kita tahulah bagaimana kondisi keuangan sesama teman-teman napi di sini. Rata-rata mereka dapat uang kiriman dari keluarga di rumah. Sebagian besar mereka tidak kerja di sini. Jadi, makanan ini kami jual murah. Sehari rata-rata bisa untung Rp100.000 hingga Rp300.000. Saat Lebaran lalu, kami bisa meraih untung dari Rp900.000 hingga Rp1 juta/hari,” papar Yaser.

Pada hari-hari biasa, Yaser dan Narendra biasa membuka kios mulai pukul 07.00 WIB hingga 12.00 WIB. Khusus Jumat, mereka buka kios hingga pukul 11.00 WIB. Tidak hanya digandrungi para napi, jajanan itu juga jadi primadona pengunjung maupun para sipir LP Sragen.

Yaser dan Narendra sendiri baru membikin jajanan itu setelah mendapat pesanan. Itu sebabnya, semua jajanan itu bisa dinikmati dalam kondisi hangat.

“Saya sudah merasakan kebab dan donat di luar penjara, rasanya lebih enak di sini. Mungkin karena yang buat itu orang asli India dan Iran jadi lebih terasa enak,” ujar Parjo, 35, salah seorang napi.

“Kebab di sini berbeda dengan yang dijual di luar. Kalau kebab di luar, biasanya kulitnya beli lalu dipanasi sendiri. Kalau di sini, kulit kebab dibuat baru sehingga terasa lebih fresh. Gurihnya juga beda. Porsinya jumbo. Kata Pak Kalapas, makan kebab ini bisa kenyang tiga hari,” seloroh Triyono, salah satu sipir di LP Sragen.

Baca pula: Utang Ditipu Uka-Uka, Kepala SD Boyolali Gadaikan 2 Mobil Rental

Kasi Bimbingan Narapidana dan Anak Didik, LP Kelas IIA Sragen, Agung Hascahyo, mengakui kebab, donat dan kue panggang bikinan napi WNA itu amat digandrungi oleh para warga binaan, sipir maupun pengunjung.

“Kami sudah berencana membuka lapak jualan kebab, donat, dan kue panggang itu di depan LP supaya masyarakat umum juga bisa menikmati jajanan ini,” papar Agung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya