SOLOPOS.COM - Salah satu pedagang di Pasar Boyolali Kota saat menata dagangannya pada Jumat (16/9/2022). Pedagang mengatakan harga bahan pokok saatini stabil tapi daya beli masyarakat menurun. (Solopos/Ni’matul Faizah).

Solopos.com, JAKARTA – Meski pandemi Covid-19 sudah melandai, daya beli masyarakat dilaporkan cukup rendah sepanjang 2022. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyoroti rendahnya daya beli masyarakat pada periode 2022. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah satu pemicu.

Direktur Program Indef Esther Sri Astuti melihat porsi secara nominal konsumsi rumah tangga pada kuartal IV/2022 mengalami kenaikan, namun andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 terus menurun. Menurutnya, penurunan kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi akibat sebagian besar pendapatan masyarakat dibelanjakan untuk barang habis pakai, contohnya makanan dan minuman.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Artinya bahwa daya beli masyarakat kita itu sebenarnya rendah karena hampir semua income yang diperoleh itu digunakan untuk beli makanan, misalnya, untuk beli perlengkapan rumah tangga,” ungkapnya dalam Konferensi Pers Indef secara virtual, Selasa (7/2/2023). Esther memaparkan Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada kuartal IV/2022 mencapai Rp2.641 triliun terhadap PDB atau tumbuh 4,48 persen (year-on-year/yoy).

Adapun, secara persentase kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga menurun bila dibandingkan dengan kuartal IV/2021 yang mencapai 52,9 persen terhadap PDB, sementara pada kuartal IV/2022 hanya 51,7 persen. Esther menyoroti bahwa hanya sedikit pendapatan masyarakat yang digunakan untuk keperluan kesehatan dan pendidikan atau sekitar 6,89 persen dari total pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Lebih lanjut, pengeluaran tertinggi mencakup makanan dan minuman selain restoran mencapai 40,32 persen atau setara Rp1.065 triliun. “Sangat sedikit yang diinvestasikan untuk pendidikan. Bahkan karena adanya kenaikan harga BBM ini membuat  pengeluaran masyarakat untuk transportasi dan komunikasi itu juga meningkat jadi sekitar 22 persen [kuartal IV/2022],” lanjutnya.

Untuk itu, Esther meminta pemerintah meningkatkan daya beli masyarakat, namun tidak melalui bantuan sosial, melainkan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM).  “Pemerintah harus meningkatkan daya beli masyarakat yang rendah. Caranya insentif, tidak hanya bansos yang temporer, solusi yang sustain, dengan memberikan upskilling sehingga dia bisa memperoleh pekerjaan lebih baik, pendapatan lebih baik,” sambung Esther.

Bila menelisik data inflasi antara kuartal IV/2021 dengan periode yang sama pada 2022, meningkatnya konsumsi rumah tangga diikuti dengan inflasi yang terus merangkak naik. Pada kuartal IV/2021 inflasi hanya berkisar di rentang 1,66-1,87 persen, sementara pada kuartal IV/2022 tertahan di atas 5 persen.

Adapun, secara historis pada Januari 2022 inflasi mulai pada level 2 persenan. Memasuki April 2022 inflasi naik menuju angka 3,47 persen dan terus bergerak naik menuju level 4 persenan pada mulai Juni 2022.

Setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada September 2022, inflasi kembali mencapai puncaknya pada tahun tersebut sebear 5,95 persen dan selanjutnya hingga akhir tahun tertahan di atas 5 persen.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Daya Beli Masyarakat Rendah, Indef: Gara-gara Harga BBM Naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya