SOLOPOS.COM - Seorang petani, Gino, 66, memasang pagar plastik supaya tikus tidak bisa merusak tanaman padinya di Desa Bonagung, Kecamatan Tanon, Sragen, Jumat (3/12/2021). (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SRAGEN – Sawah di sejumlah wilayah Kecamatan Tanon, Sragen, diserang hama tikus sejak dua tahun terakhir. Sejumlah petani lebih memilih membangun pagar plastik dibandingkan jebakan tikus.

Sekretaris Desa Kalikobok, Agus Salim, menjelaskan serangan hama tikus pada tanaman padi di desanya sudah ada selama pandemi Covid-19 atau sejak dua tahun terakhir. Tikus memakan pohon padi berdampak pada berkurangnya hasil panen petani.

Promosi Meraih Keberkahan Bulan Syawal, Pegadaian Ajak Masyarakat Umrah Akbar Bersama

“MT [massa tanam] III kemarin bisa dibilang gagal. Yang biasanya per petak katakanlah misalkan mendapatkan 13 karung, ini 50% aja enggak dapat,” kata dia, Minggu (5/12/2021).

Baca Juga: Diduga Kena Jebakan Tikus, Nenek Pikun Asal Sragen Ditemukan Meninggal

Agus menjelaskan para petani berupaya menyelamatkan tanaman padi dari hama tikus dengan berbagai cara. Mulai dari memakai racun tikus berupa emposan atau gas yang dimasukkan ke sarang tikus, pakan dicampur racun tikus hingga membuat pagar dari plastik gulung. Upaya itu juga dilakukan para petani di desa terdekat seperti Bonagung dan Gading.

“Kadang tikus itu kalau sudah masuk ke tanaman lebat gak bisa keluar dan menyarang di dalamnya. Tikus kadang bisa lewat bawah plastik,” paparnya.

Menurut dia, petani tidak memasang jebakan tikus dengan listrik di Desa Kalikobok. Tingkat keberhasilan menanggulangi hama tikus dengan memakai jebakan listrik memang bisa maksimal namun berbahaya atau berisiko tinggi.

Baca Juga: Perbaiki Jebakan Tikus, Warga Grobogan Tewas Tersetrum

“Kami menganggarkan pada 2022, bagi petani misalkan masih ada tikus, bareng-bareng geropyokan. Yang dapat tikus dapat nilainya berapa. Sudah ada pada RAPBDes [rencana anggaran pendapatan dan belanja desa]. Nilainya tidak besar namun sudah ada upaya ke sana,” jelasnya.

Salah satu petani di Desa Bonagung, Gino, 66, mengatakan serangan tikus membuat hasil panen padinya menjadi separuh pada musim panen terakhir dibandingkan sebelum adanya hama tikus.

Menurut dia, upaya telah dilakukan bersama petani lain untuk mengurangi hama tikus dengan racun. Namun upaya tersebut belum berhasil.

Baca Juga: Jebakan Tikus Listrik di Sragen Sering Jadi Senjata Makan Tuan, Ini Hlo Penyebab Jumlah Hama Naik Terus

Kini, Gino membuat pagar plastik warna hitam untuk menghalau tikus supaya tidak merusak padi yang sudah berusia 20-an hari. Tinggi plastik yang dipasang lebih dari lutut orang dewasa.

“Sawah yang saya tanami padi mungkin luasnya ada 3.000-an meter persegi menghabiskan plastik gulung Rp650.000. Plastik untuk dua kali pakai,” paparnya.

Menurut dia, biaya tambahan untuk membeli plastik tergolong tinggi bagi petani dan hanya bisa dipakai dua kali sebab mudah rusak. Para penyuluh pertanian sudah melihat kondisi pertanian di desanya.

Baca Juga: Perhatian Lur, Polda Jateng akan Pidanakan Pemasang Jebakan Tikus Listrik

Berdasarkan data Kecamatan Tanon dalam Angka 2021 yang dirilis Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, luas panen padi pada 2020 mencapai 7.589 hektare dengan produksi 49.283 ton. Sedangkan luas panen padi gogo atau di lahan kering seluas 552 hektare dengan produksi 3.333 ton pada 2020.

Sebelumnya, Seorang nenek-nenek diduga pikun, Tugiyem, 72, warga Dukuh Nglebak RT 013, Desa Sidoharjo, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, ditemukan meninggal di area persawahan Dukuh Plasan RT 003, Desa Singopadu, Sidoharjo, Sragen, Sabtu (4/12/2021) pukul 05.30 WIB. Dia meninggal diduga karena tersetrum jebakan tikus beraliran listrik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya