Solopos.com, SOLO — Malam itu, di sebuah simpang empat di kawasan Sumber, Kota Solo, yang tidak terlalu terang, seorang difabel tuna daksa merayap di permukaan beton jalan. Kala itu, lampu lalu lintas menyala merah. Pikirnya, ini adalah waktu yang tepat untuk meminta belas kasihan kepada pengguna jalan. Dengan ngesot, dia berusaha menghampiri satu persatu pengguna jalan, baik pengendara roda dua maupun roda empat atau lebih.
Beberapa pengendara motor mengulurkan tangan sembari memberi sejumlah uang. Namun, ada pula yang mengabaikannya. Bukan berarti mereka pelit, tidak merasa kasihan atau tidak ingin membantu difabel itu. Justru, bagi sebagian warga, tidak memberi uang kepada pengemis di jalanan adalah bentuk kepedulian.