SOLOPOS.COM - Tanaman cabai yang kerdil di lahan yang berada di kawasan Dagan, Desa Sidomulyo, Bambanglipuro, Senin (12/10/2015) siang. (Harian Jogja/Arief Junianto)

Budidaya cabai di Bantul mengalami masalah, tanaman yang ditanam di lahan bekas melon tak tumbuh maksimal

Harianjogja.com, BANTUL-Petani melon kini mulai mengeluhkan dampak kerusakan tanah akibat penanaman melon. Terbukti, mereka yang kini menanam komoditas cabai pun terancam merugi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Yanto, salah satu petani penyewa lahan di kawasan Dagan, Desa Sidomulyo mengakui hal itu. Pertumbuhan tanaman cabai miliknya sebanyak 15.000 pohon kini tak normal.

“Tanaman ini semuanya kerdil begini,” ungkapnya saat ditemui Harian Jogja di lahan yang disewanya, Senin (12/10/2015) pagi.

Akibatnya, buah yang dihasilkan tanaman di lahan seluas kurang lebih 4.000 meter persegi itu pun tak bisa maksimal. Jika dalam kondisi normal saja, total produksi biasanya bisa mencapai 1 ton lebih,  kini tak lebih dari 2 ons saja.

Prediksinya itu tak berlebihan, pasalnya, saat ini dalam satu pohon saja, hanya terlihat tak lebih dari 20 saja. “Padahal, biasanya bisa 2-3 kali lipat banyaknya,” tegas Yanto.

Sampai sekarang, ia masih heran dengan kondisi itu. Pasalnya, selama menyewa lahan di mana pun tempatnya, dirinya tak pernah bermasalah dengan tanaman cabai.

Itulah sebabnya, ia membantah jika tak maksimalnya tanaman cabainya kali ini disebabkan oleh kerusakan tanah akibat penanaman melon di musim tanam sebelumnya. Ia menjelaskan, saat menanam melon, pupuk yang ia gunakan tak sepenuhnya pupuk kimia. “Saya masih menggunakan pupuk kandang juga kok,” katanya.

Kendati begitu, ia tak memungkiri bahwa perbandingan antara pupuk kandang dan kimia memang masih 1 banding 2. Artinya, jika ia menggunakan 2 ton pupuk kandang, maka pupuk kimia yang dipakainya bisa mencapai 4 ton.

Selain itu, ia tak menampik bahwa hasil yang didapatkannya dari penanaman melon itu memang cukup menggiurkan. Hasil produksi melon saat panen beberapa pekan sebelum Lebaran lalu saja, ia mengaku bisa meraup keuntungan hingga Rp700 juta.

Itulah sebabnya, ia memang lebih memilih menjadi petani penyewa lahan ketimbang harus memiliki lahan sendiri. Dengan begitu, ia bisa dengan bebas memilih komoditas apa yang dirasanya bisa memberikan keuntungan dengan cepat.

Lahan milik salah satu pamong Desa Sidomulyo yang kini disewanya itu misalnya. Dengan menyewanya selama 3 tahun dengan tarif Rp12,5 juta per tahun, ia berharap bisa meraup keuntungan berlipat ganda dengan menerapkan pola tanam padi-melon-cabai. “Tapi nyatanya, di tahun kedua ini, ternyata yang cabai tak maksimal. Padahal biasanya, setelah panen melon, saya selalu menyempatkan tanam kacang,” keluhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya