SOLOPOS.COM - Aneka tanaman anggrek di Kios Anggrek Bu Harno di Pasar Nongko, Solo, Kamis (14/7/2017). (Mariyana Ricky P.D./JIBI/Solopos)

Budidaya anggrek di Karanganyar memberi keuntungan bagi warga Karanganyar

Solopos.com, KARANGANYAR – Pertumbuhan tanaman anggrek bergantung jenis dan kondisi lingkungannya. Secara umum, perawatan tanaman ini tak jauh beda dengan komoditas bunga lain. Anggrek membutuhkan air dan pupuk, serta terkadang perangsang akar, daun, dan bunga.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Kampung Anggrek, Dusun Karangdowo, Desa Plosorejo, Kecamatan Matesih, Jais, mengatakan penyiraman anggrek dilakukan dua kali sehari, menyesuaikan kondisi.

“Kalau hujan dan media masih dalam kondisi basah, tentu enggak perlu disiram. Sedangkan untuk pemupukan harus menggunakan pupuk cair berkomposisi N, P, dan K. Frekuensinya menyesuaikan dan rutin,” kata dia, Kamis (14/7/2016).

Selain kedua hal tersebut, juga dibutuhkan pengendalian hama yang tepat. Hama yang menyerang anggrek dapat berupa hewan, bakteri, dan jamur. Penyemprotan pestisida dan fungisida dapat dilakukan sebelum hama menyerang.

Jais menuturkan berdasarkan tingkat kebutuhan intensitas cahaya, anggrek terbagi menjadi tiga jenis. Jenis pertama tanaman anggrek yang harus terkena sinar matahari secara langsung, misalnya vanda. Jenis kedua yang bisa tumbuh baik di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung, seperti dendrobium dan cattleya. Sedangkan jenis ketiga adalah anggrek yang tidak suka terkena sinar matahari, di antaranya paphiopedilum dan phalaenopsis.

Pengembangan Desa Wisata

Selain Dusun Karangdowo di Kecamatan Matesih, kampung anggrek juga ada di Kecamatan Karangpandan, tepatnya di Dusun Nigasan, Desa Gondanggentong. Di dusun itu, jumlah pembudidaya mencapai 55 orang dengan jumlah tanaman masing-masing 200an.

Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Sidomakmur Dusun Nigasan, Harmini, mengatakan awal budidaya dilakukan sejak 2015 lalu. Mayoritas memilih media tanam serabut lantaran lebih efisien.

“Kami pernah menjajal arang tapi kami enggak bisa menemukan ukuran yang pas. Serabut murah karena memanfaatkan sisa rumah tangga. Media ini juga lebih menyerap air sehingga tidak perlu sering menyiram,” kata dia di sela aktivitas merawat anggrek, Kamis.

Saat ini, jumlah bibit anggrek di demplot KWT Sidomakmur berjumlah lebih dari 1.300. Jenis dendrodium yang dibudidayakan membuatnya mudah dikembangbiakkan lewat tunas. Harga jual bibit per batang setinggi 30 cm mencapai Rp30.000.

“Anggrek usia 6 bulan, tunas atau batangnya sudah bisa digandakan. Perawatannya selain pemupukan dan pengairan, kami sering menyemprotnya dengan perangsang akar, daun, dan bunga,” kata Harmini.

Menurutnya, bunga anggrek dapat berbunga sempurna saat usianya mencapai 10 bulan.

Selama ini, mayoritas pembeli menginginkan bibit yang dibawanya pulang sudah berbunga. Saat ditanya mengenai pengembangan desa wisata di Dusun Nigasan, Harmini mengaku belum terlalu memikirkan. Pasalnya, budidaya bertujuan untuk bisnis dan pemberdayaan perempuan desa setempat.

“Tapi memang selama ini yang berkunjung ke sini sudah banyak. Mereka memilih bibit di demplot atau di rumah-rumah warga anggota kelompok tani. Kunjungan enggak hanya dari warga sekitar, tapi juga mahasiswa dan luar kota. Saat ini saya sedang menjajal pengembangan anggrek bulan. Harga jualnya lebih tinggi karena pembibitannya juga lebih sulit,” ungkap Harmini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya