SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)–Kalangan budayawan di Kota Solo mengecam wacana menjadikan batik sebagai bendera kematian. Selain itu mereka juga mengecam maraknya umbul-umbul Pemkot yang memakai kain batik.

“Ini namanya nggebyah uyah dan tak didasari pengetahun tentang batik,” tegas budayawan Winarso Kalinggo ketika ditemui Espos di kediamannya, Senin (28/6).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Winarso sebagai orang yang pernah diminta menyusun buku panduan tentang seluk beluk batik, mulai sejarah, makna, hingga pemakaiannya, merasa prihatin atas euphoria promosi batik akhir-akhir ini.

Di kalangan sesama budayawan di Yogyakarta, Kalinggo mengaku pernah ditertawakan karena tradisi pemakaian batik di Solo akhir-akhir ini mencerminkan seorang yang tak memahami nilai luhur batik. “Kita itu ditertawain, batik kok dipakai umbul-umbul, taplak meja, dan korden. Sekarang malah mau dipakai untuk bendera kematian. Ini namanya kebablasan,” terangnya.

Menurutnya, kain batik adalah busana luhur. Pemakian kain batik sebagai umbul-umbul, taplak meja, korden, atau bahkan bendera kematian, akan merendahkan nilai luhur kain batik sebagai busana. “Kalau ingin hiasan batik, ya jangan memakai kain batik. Tapi, dengan lukisan batik,” urainya.

“Saya khawatir nasib kita nantinya seperti Jerman, yang dicabut hak kekayaan budayanya lantaran tak bisa mempertahankan nilainya,” imbuhnya.

Pernyataan senada juga dilontarkan Pengageng III Pariwisata dan Museum Keraton Kasunan Surakarta, Satrio Hadinagoro. Dia menilai, wacana menjadikan batik sebagai bendera kematian dianggap nggebyah uyah.

Menurutnya, cara menguri-uri batik itu tak harus segalanya disulap jadi batik, melainkan dengan cara yang sesuai dengan etika kain batik. “Sebab, batik itu memiliki tata nilai,” paparnya.

asa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya