SOLOPOS.COM - Tangkapan layar laman Bentara Budaya Sukowati di alamat https://brayat.sragenkab.go.id/.

Solopos.com, SRAGEN — Dalam upaya melestarikan budaya daerah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Sragen membuat Brayat Bentara Sukowati sejak 2021 lalu. Brayat Bentara Sukowati adalah sistem informasi layanan publik budaya Sukowati yang bisa diakses melalui webstite Disdikbud Sragen.

Brayat Bentara Sukowati juga menjadi wadah publikasi karya masyarakat Sragen.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kepala Bidang Pembangunan Kebudayaan Disdikbud Sragen, Johny Adhi Aryawan, mengatakan informasi yang disuguhkan pada laman tersebut bisa mendorong pengembangan budaya dalam bentuk lain.

“Misalnya dari cerita rakyat daerah setempat kemudian dikembangkan menjadi kesenian lainnya. Misalnya seni pertunjukkan,” terang Johny pada Solopos.com di kantornya, Rabu (14/9/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Ia mencontohkan cerita rakyat Nyi Ageng Serang dikemas ulang menjadi tarian. Ide ini baru muncul pada Juli 2022 lalu. Pelaku seninya kebanyakan guru kesenian dari berbagai sekolah di Sragen. Jumlahnya 22 orang. “Kemudian ada pula tarian yang menceritakan Pangeran Mangkubumi,” sambungnya.

Baca Juga: Kantor Kecamatan Gondang Sragen Ternyata ada Penjaranya

Brayat Bentara Sukowati yang bisa diakses di http://brayat.sragenkab.go.id/ menjadi media dua arah antara Disdikbud dan masyarakat yang ingin menulis atau melaporkan kebudayaan daerah setempat. Dalam laman tersebut memuat informasi mengenai komunitas, seni tradisional, jenis kebudayaan, bahkan pelaku kebudayaan.

Masyarakat bisa mengakses video, cerita rakyat baik lisan atau tulisan yang bertemakan seni dan budaya di Sragen.

Dalam laman itu warga bisa mendapatkan informasi mengenai jadwal 25 ritus budaya di Kabupaten Sragen. Di antaranya sadranan bersih desa Jumat pahingan di Desa Gondang, Kecamatan Gondang, setiap Jumat Legi pasca panen. Kemudian upacara sesaji sewindu Pasar Tambak di Desa Tambak, Kecamatan Sidoarjo setiap 1 Sura di tahun ke-8.

Selanjutnya tercatat 31 mitos dan legenda di Kabupaten Sragen, seperti Kuda Sembrani Jenalas dari Desa Jenalas, Kecamatan Gemolong dan Kisah Sunan Kabanaran dari Desa Banaran, Kecamatan Sambungmacan. Selaim itu ada 103 cerira rakyat yang mengisahkan asal muasal berbagai dukuh di Sragen.

Baca Juga: Solo Pernah Caplok Desa di Colomadu dan Gondangrejo Karanganyar

Terdapat pendataan enam manuskrip yang berada di Sragen, misalnya Kitab Primbon Haji Syekh Imam Tabri yang dibuat pada 1857. Kemudian Serat Ambiya/Anbiya/An Nabiya Pelemgadung yang diduga dibuat pada 1907 atau abad ke-20.

Kemudian ada 17 adat istiadat yaitu adat menandu [bopong] pengantin di Kecamatan Gemolong dan laku saat gerhana bulan dari Tanggan, Kecamatan Gesi.

Warga Bisa Ikut Terlibat

Pengunjung laman tersebut, menurut Johny, kebanyakan hanya masyarakat yang memiliki minat khusus pada kebudayaan atau untuk kepentingan pendidikan saja.

“Dalam laman Brayat tersebut juga diarahkan pada laman/aplikasi SISCA atau Si Cagar Budaya, masyarakat bisa menulis melalui laman http://sisca.sragenkab.go.id/, yang bisa diakses juga melalui aplikasi Android,” ungkap Johny.

Baca Juga: Disarpus Sragen Ikuti Pameran Virtual Arsip Melawan Lupa, Ini Tautannya

Banyak jenis kebudayaan yang bisa ditulis, mulai dari tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional. seni, bahasa, permainan rakyat, olahraga tradisional, cagar budaya, serta sejarah.

Pamong Budaya Muda/Sub Koordinator Cagar Budaya dan Koleksi Museum, Andjarwati Sri Sayekti, mengatakan masyarakat umum bisa mengirim konten, baik berupa tulisa, video, dan foto tentang kebudayaan di laman tersebut.

Caranya dengan memilih opsi tambah cagar budaya. Kemudian pihak Disdikbud akan menilai apakah konten tersebut layak untuk dimuat atau tidak. Mereka akan memeriksa kelengkapan data berupa, foto, deskripsi benda, bentuk, ukuran atau dimensi.

“Saat ini tampilan SISCA sedang dikembangkan dengan cara mengubah tampilan agar lebih interaktif, kemudian masyarakat bisa menambahkan tulisan tanpa harus login terlebih dahulu,” terang Andjarwati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya