SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta (Solopos.com)–Badan Pusat Statistik (BPS) menilai, semakin besar perbedaan harga antara premium dengan pertamax maka potensi tekanan inflasi akan semakin besar.

“Inflasi itu diukur dari gap antara perbedaaan premium dengan pertamax. Semakin besar perbedaannya, tentu orang akan beralih ke pertamax tentu dampak inflasinya besar,” ujar Kepala BPS Rusman Heriawan di kantor Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Rabu (9/3/2011).

Promosi Apresiasi dan Berdayakan AgenBRILink, BRI Bagikan Hadiah Mobil serta Emas

Namun, Rusman menyatakan, pihaknya belum melakukan perhitungan secara tepat berapa besar potensi inflasi yang akan ditimbulkan.

“Kita belum tahu seberapa jauh gap antara premium dan pertamax. Tentu kalau pertamax lebih besar dari harga sekarang Rp 8.100, itu akan menimbulkan inflasi besar,” jelasnya.

Seperti diketahui, tim pengkaji pembatasan BBM bersubsidi mengusulkan tiga opsi kepada pemerintah yaitu menaikkan harga premium Rp 500 per liter dan menerapkan cashback bagi angkutan umum, menjaga harga pertamax dijaga di level Rp 8.000 per liter, serta memberlakukan penjatahan BBM bersubsidi bagi angkutan umum dan sepeda motor.

Rusman menilai program pembatasan BBM bersubsidi memang akan berdampak pada harga pangan sehingga pemerintah sudah seharusnya berhati-hati dalam menerapkan kebijakan tersebut.

“Pasti kalau premium naik akan ada dampaknya, ini masih ada semacam dispute seperti ini ya. Memang bukan pemerintahnya lagi itu sangat hati-hati karena menyangkut hajat hidup orang banyak seperti pertamax dan premium ini,” tandasnya.

(dtc/tiw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya