SOLOPOS.COM - Petugas BPBD Klaten memantau perkembangan aktivitas pengungsian dan Gunung Merapi dari CCTV yang terhubung monitor Posko Induk Pemantauan Merapi berlokasi di Pendopo Pemkab Klaten, Rabu (6/1/2021). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan aktivitas vulkanik Gunung Merapi mulai masuk ke fase erupsi. Status aktivitas Merapi masih berada pada level siaga.

Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida, menyampaikan hal tersebut kepada wartawan seusai rapat koordinasi dengan Pemkab Klaten di Pendopo Pemkab Klaten, Rabu (6/1/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Mulai tahun baru itu ada sinar, terindikasi sebagai tanda awal kenaikan aktivitas. Ternyata itu berlangsung terus sampai kemarin 4 Januari 2021 malam ada titik api diam diikuti luncuran lava pijar. Ini mengindikasikan magma sudah keluar, kami sebut dengan ekstrusi. Jadi itu menjadi awal fase erupsi,” kata Hanik.

Perempuan Meninggal Tertabrak KA Prameks di Laweyan Solo, Begini Kejadiannya

Ekspedisi Mudik 2024

Kendati memasuki fase erupsi, Hanik menegaskan status Merapi masih siaga. Hanik mengatakan pada Selasa (5/1/2021) malam ada empat kali luncuran lava pijar dengan jangkauan terjauh 400 meter.

“Lava pijar itu material baru. Kalau material lama tidak berupa pijaran api. Itu memang material baru dengan jangkauan terjauh saat ini 400 meter,” kata Hanik.

Luncuran Awan Panas

Berbagai kemungkinan aktivitas Merapi masih mungkin terjadi. Begitu pula dengan potensi terjadinya luncuran awan panas atau dikenal dengan wedhus gembel.

Innalillahi, Anggota Jemaah Tertabrak Motor Di Depan Masjid Al Falah Sragen Meninggal

“Ini baru awal fase erupsi. Kalau memang kubah lava terus tumbuh ya bisa menyebabkan awan panas, kalau sudah tidak stabil. Tetapi karena ini ada di puncak sisi pinggir, kalau keluar ya langsung runtuh. Ini masih bisa berlanjut. Sampai kapan, kami tidak tahu,” jelasnya.

Hanik mengatakan hingga fase ini tipe erupsi Merapi bersifat efusif. Namun, Hanik kembali menjelaskan berbagai kemungkinan masih bisa terjadi termasuk terjadi erupsi dengan tipe eksplosif. “Insyaallah untuk yang saat ini tidak akan seperti erupsi 2010,” ungkapnya.

Soal deformasi atau pengembungan tubuh Merapi, Hanik menjelaskan jumlah total hingga kini sekitar 8 meter dan cenderung ke arah barat. Deformasi itu sudah terjadi sejak 22 Juni lalu dengan laju yang terus meningkat.

Hujan Deras 3 Jam, Tanggul Sungai Gamping Burikan Klaten Jebol di 2 Tempat

Bermula dari 1 sentimeter per pekan hingga puncaknya pada 22 Desember 2020 yang mencapai 21 sentimeter per hari. Setelah magma keluar hingga terjadi luncuran lava pijar, laju deformasi itu berkurang.

Desakan Magma

“Deformasi ini terjadi karena ada desakan magma di permukaan. Namun setelah magma sekarang berada pada permukaan, laju deformasi sudah menurun dan tadi siang sudah kembali lagi ke 11 cm per hari. Artinya, sudah berkurang desakan magma ke tubuh Merapi karena [magma] sudah ada pada permukaan,” urainya.

Potensi bahaya erupsi Merapi hingga fase ini prediksinya masih ke arah barat. Namun, warga sisi selatan dan timur tetap harus meningkatkan kewaspadaan dan mematuhi rekomendasi daerah rawan bahaya.

Wali Kota Solo Terbitkan SE Terbaru Soal Prokes, Begini Tanggapan Pengelola Toko Modern

Hanik mengatakan status aktivitas Merapi hingga kini masih level siaga yang sudah berlangsung sejak 5 November 2020. Penentuan status itu berkaitan dengan potensi bahaya erupsi.

“Potensi bahaya saat ini masih berada pada jarak maksimum 5 km sehingga kami belum menaikkan status tersebut. Potensi bahaya masih sama, rekomendasi juga masih sama. Namun, kewaspadaan sekarang lebih diperhatikan,” kata Hanik.

BPPTKG mengingatkan potensi bahaya erupsi Merapi berada pada radius maksimal 5 km. Rekomendasi BPPTKG dengan tingkat akvitias Merapi ada level siaga antara lain penambangan pada alur sungai yang berhulu Gunung Merapi dalam kawasan rawan bahaya (KRB) III agar berhenti.

Anak Wali Kota Solo Masuk Jajaran Pengurus PAC PDIP Jebres

Mematuhi Rekomendasi

Pelaku wisata tidak melakukan kegiatan wisata dalam KRB III Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak. Warga harus mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputaran Gunung Merapi.

Kepala Pelaksana BPBD Klaten, Sip Anwar, mengimbau warga daerah rawan bahaya erupsi tetap mematuhi rekomendasi dari BPPTKG. Warga terutama kelompok rentan yang tinggal dalam KRB III ia imbau untuk sementara mengungsi ke tempat evakuasi sementara (TES).

“Banyak kemungkinan yang bisa terjadi di Merapi. kami tidak bisa memaksa [warga mengungsi ke TES]. Tetapi, kami terus mengimbau dan memberi arahan kepada warga untuk sementara berada di TES. Kami juga memahami untuk melakukan itu tidak mudah apalagi saat ini sudah ada yang mengungsi hampir dua bulan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya