SOLOPOS.COM - Eks Menkes, Terawan Agus Putranto, yang menggagas Vaksin Nusantara. (detik.com)

Solopos.com, JAKARTA — Harapan dr Terawan Agus Putranto agar Vaksin Nusantara buatannya mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pupus. Apa alasan BPOM sehingga enggan memberi izin dan bagaimana nasib Vaksin Nusantara yang diklaim Terawan ampuh atasi segala varian Covid-19.

Kepala BPOM, Penny Lukito, sudah enggan lagi memberikan komentar terkait Vaksin Nusantara. Institusinya juga tidak lagi mau memerikan izin agar uji klinis fase ketiga Vaksin Nusantara bisa dilaksanakan sesuai permintaan mantan Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Penny beralasan penelitian Vaksin Nusantara sudah bukan lagi menjadi urusan BPOM karena bukan untuk diedarkan. Namun sekadar penelitian, sehingga tak perlu izin BPOM.

Baca Juga: Siti Fadilah Apresiasi Terawan Pilih Vaksin Nusantara Ketimbang Dubes

“Sudah bukan melalui jalur kami Badan POM. Karena bukan produk yang akan digunakan massal, diproduksi massal. Tapi itu pelayanan individual, jadi bukan melalui badan POM,” kata Penny, dikutip dari CNNIndonesia, Kamis (17/6/2021).

“Karena itu kan pelayanan, ya ke Balitbangkes di Kemenkes,” sambungnya.

Sebelumnya, sudah ada nota kesepahaman bersama antara Kementerian Kesehatan, BPOM, dan TNI AD.  Ketiga instansi itu menyepakati Vaksin Nusantara akhirnya hanya untuk kepentingan riset dan berbasis layanan saja.

Selama ini kehadiran Vaksin Nusantara menuai pro dan kontra. Banyak pihak yang mendukung penelitian vaksin buatan Terawan ini. Tidak tidak main-main, sejumlah tokoh nasional ikut mendukung Vaksin Nusantara. Di antaranya sejumlah anggota DPR RI, mantan menteri BUMN Dahlan Iskan, mantan Menkes Siti Fadilah Supari, politikus Partai Golkar Aburizal Bakrie, dan lain-lain.

Terawan sendiri mengklaim vaksinnya bisa menjadi kunci Indonesia segera mengakhiri pandemi Covid-19. Para anggota Komisi VII mendukung vaksin Nusantara melanjutkan uji klinis ke tahap ketiga usai Terawan membeberkan sejumlah klaim vaksin Nusantara. Termasuk bisa melawan semua varian baru Corona hingga aman digunakan pada usia anak di bawah 18 tahun.

“Memang di literatur-literatur paling lama dari kejadian SARS dulu di China, Beijing, dan sebagainya, sel T-nya itu masih ada sampai 6 tahun. Dan itulah yang riset-riset di dunia mengemukakan muncullah hipotesis di mana dendritik cell vaccine ini dianggap sebagai the beginning of the end, yang memulai untuk mengakhiri cancer maupun Covid-19,” beber Terawan dalam rapat bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (16/6/2021)

“Kebetulan kita membangunnya, apakah tidak boleh kita memulai duluan? Iya saya serahkan jawaban ke semua orang. Apakah Indonesia tidak boleh memulai duluan? Saya tidak tahu untuk jawaban itu,” kata Terawan.

Sebagai informasi, BPOM tidak bisa memberikan izin kelanjutan uji klinis vaksin Nusantara lantaran penelitian disebut tak sesuai dengan kaidah klinis. Selain itu dinilai tak kunjung ada perbaikan dari para peneliti. Peneliti vaksin Nusantara juga diketahui tidak melakukan uji klinis pada hewan terlebih dulu, padahal hal tersebut menjadi syarat uji klinis pengembangan vaksin Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya